Akhir-akhir ini, Google pencarian disesaki pertanyaan tentang cuaca buruk hingga badai yang berpotensi terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
Terlebih saat salah seorang peneliti BRIN di akun media sosialnya menyinggung soal badai dahsyat yang akan melanda beberapa wilayah. Terutama wilayah Jabodetabek pada tanggal 28 Desember 2022.
Namun, Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) memberikan klarifikasi bahwa masyarakat perlu berhati-hati dalam mendefinisikan badai.
Menurut BMKG, badai adalah hujan lebat yang berkaitan dengan siklon iklim tropis disertai angin kencang hingga kecepatan 64-72 Knot yang dibarengi cuaca buruk.
Menilik badai dari terminologi ini, BMKG menilai kemungkinan terjadi badai sangat kecil. Alih-alih badai, menurut BMKG akan lebih tepat bila disebut cuaca buruk atau hujan lebat saja.
Terlepas dari perbedaan BRIN dan BMKG, keduanya tidak menampik potensi cuaca buruk dan hujan lebat yang berpotensi terjadi. Terlebih bila melihat linimasa Google, cuaca buruk di akhir tahun seolah telah menjadi siklus tahunan.
Dalam Islam, terdapat tuntunan ketika cuaca buruk atau ekstrem melanda. Nabi Muhammad SAW, dalam satu kesempatan mencontohkan umatnya ketika terjadi cuaca buruk serta angin kencang:
َعَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَصَفَتْ الرِّيحُ قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
“Dari Aisyah istri Nabi SAW, bahwa ia berkata, Apabila ada angin bertiup kencang sekali, maka Nabi SAW biasanya membaca, “ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA KHAIRAHAA WA KHAIRA MAA FIIHAA WA KHAIRA MAA URSILAT BIHI WA A’UUDZU BIKA MIN SYARRIHAA WA SYARRI MAA FIIHAA WA SYARRI MAA URSILAT BIH (Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang dikandungnya, dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang ada di dalamnya dan keburukan yang dibawanya).” (HR. Muslim no. 1496)
Kemudian, dalam riwayat lain dijelaskan bagaimana doa Rasulullah SAW ketika hujan:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ: اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Dari ‘Aisyah, Bahwasanya Rasulullah SAW kerapkali apabila melihat hujan, beliau berdoa: ‘ALLAHUMMA SHAYYIBAAN NAAFI’AA (Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat).'” (HR. Bukhari no. 974)
Bahkan, diceritakan ‘Aisyah ra. bahwa ketika mendung tiba, Rasul SAW terlihat mondar-mandir dan air mukanya berubah. Ketika ditanya, mengapa Nabi seperti itu, Nabi menjawab bahwa beliau cemas hujan yang turun malah membawa petaka seperti hujan yang turun ke kaum ‘Ad.
Berdasarkan hadis di atas, Nabi seolah ingin mengajak umatnya berdoa secara serius kepada Allah ketika menyikapi cuaca sedang tidak menentu. Meminta agar segala fenomena alam yang sepenuhnya berada pada kuasa Allah membawa kemanfaatan bagi seluruh makhluk hidup di bumi.
(Ilham Fikri/Angga)