JAKARTA – Bagi orang yang berpuasa, tentunya sudah tidak asing dengan istilah santap sahur.
Kegiatan makan dan minum di waktu sahur merupakan bagian dari pengisian energi sebelum menjalankan ibadah puasa.
Berkenaan dengan sahur, Rasulullah SAW dalam beberapa kesempatan kerap menyebut istilah ini. Setidaknya terdapat tiga hadits yang membicarakan hal ihwal terkait sahur. Berikut penjelasannya:
Pertama, santap sahur merupakan berkah
Dalam memotivasi umatnya untuk melaksanakan sahur, Rasulullah SAW menyebut santap sahur merupakan berkah. Hal tersebut sebagaimana yang disabdakan olehnya:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Nabi ﷺ bersabda, “Bersahurlah kalian, karena di dalam sahur ada berkah.” (HR Bukhari, No 1789)
Melalui hadits di atas, dapat diketahui secara jelas bahwa Rasulullah SAW menegaskan adanya keberkahan di dalam sahur.
Salah satu keberkahan yang nyata dan dapat dirasakan secara langsung adalah terletak pada fungsi sahur yang dapat membuat orang yang berpuasa kuat menjalankan ibadah.
Kuat dalam artian di sini adalah tidak merasa keberatan dan mengurangi rasa lelah ketika melakuan ibadah puasa.
Sebab sebelumnya dia telah melakukan santap sahur utuk menyiapkan energi selama menjalankan puasa hingga waktunya berbuka.
Kedua, keutamaan mengakhirkan sahur
Mengakhirkan sahur merupakan kebiasaan Rasulullah SAW mana kala menjalankan ibadah puasa. Hal ini sebagaimana sabdanya:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ تَسَحَّرَا فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الصَّلَاةِ فَصَلَّى قُلْنَا لِأَنَسٍ كَمْ كَاانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِي الصَّلَاةِ قَالَ قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
“Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi ﷺ dan Zaid bin Tsabit makan sahur bersama. Setelah keduanya selesai makan sahur, beliau lalu bangkit melaksanakan salat.” Kami bertanya kepada Anas, “Berapa rentang waktu antara selesainya makan sahur hingga keduanya melaksanakan sholat?” Anas bin Malik menjawab, “Kira-kira waktu seseorang membaca lima puluh ayat.” (HR Bukhari, no 547)
Kebiasaan mengakhirkan sahur yang dicontohkan Rasulullah SAW bukan tanpa arti. Sebab, apabila aktivitas sahur di akhirkan, maka seseorang yang melaksanakan puasa memungkinkan energinya tetap terjaga.
Hal ini juga dapat menjadikan ibadah puasa dapat dijalankan dengan penuh semangat tanpa rasa lapar yang berlebih dan menyiksa. Hal ini lah yang menjadi salah satu hikmah dianjurkannya untuk mengakhirkan santap sahur.
Ketiga, perbedaan puasa umat Islam dengan Ahlul Kitab ada pada aktivitas sahur
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Dari Amru bin Ash bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim, No 1836)
Telah disebutkan hadits sebelumnya bahwa sahur mengandung keberkahan dan sangat dianjurkan Rasulullah SAW bagi orang yang berpuasa.
Selain dalam rangka mengikuti sunah Rasulullah SAW, sahur merupakan pembeda bagi Umat Muslim dan Ahlul Kitab.
Kendati Ahlul Kitab juga melaksanakan puasa sesuai keyakinan mereka, akan tetapi mereka tidak melaksanakan santap sahur. Hal ini lah yang menjadi perbedaan antara umat Islam dan Ahlul Kitab ketika berpuasa.
Dengan segala keberkahan dan keutamaan santap sahur yang telah Allah SWT berikan kepada umat Islam, sudah seharusnya dapat dioptimalkan oleh setiap Muslim. Terlebih santap sahur pada Ramadhan yang merupakan bulan suci penuh kemuliaan. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)