Makassar, muisulsel.or.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menggelar konferensi internasional untuk mengumpulkan berbagai perspektif agama dan saling berdiskusi demi mencapai perdamaian global.
Turut hadir Ketua Umum MUI Sulsel Prof Dr KH Nadjamuddin Abd Shafa Lc MA dan Ir H Andi Taswin (Bendahara Umum MUI Sulsel) dan Dr KH Hasid Hasan Palogai MA (Sekretaris Komisi Hubungan Antar Umat Beragama MUI Sulsel ).
Dr KH Hasid Hasan Palogai MA disela kehadirannya mengatakan sesama manusia harus dihargai .Perbedaan suku, bangsa dan agama adalah sunnatullah.
“Semua agama mengajarkan perdamaian sehingga semua penganut agama harus selalu membangun persahabatan”, katanya yang juga Sekretaris Komisi Hubungan Antar Umat Beragama MUI Sulsel ).
Wakil Ketua Umum MUI pusat KH Marsudi Syuhud membuka kegiatan konferensi internasional yang diadakan oleh MUI bekerjasama dengan Liga Muslim Dunia di Jakarta, Ahad (21/5/2023.
“Melalui acara ini kita ingin menekankan hidup berdampingan satu sama lain (co-existence) untuk perdamaian global, kita sudah buktikan bahwa bangsa Indonesia yang tetap hidup dengan damai meskipun terdiri dari keberagaman suku, ras, dan agama,” kata Marsudi.
Marsudi juga mengatakan, konferensi ini dilakukan untuk memahami dan menyatukan paham satu sama lain, membuat setiap umat beragama saling kolaborasi, dan bersama membantu menyelesaikan konflik, utamanya perang yang saat ini masih berlangsung di negara-negara mayoritas Islam.
“Kita ingin menularkan semangat Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) kepada negara-negara lain, karena kita terbukti dapat mempersatukan lebih dari 700 bahasa daerah menjadi satu bahasa yaitu Bahasa Indonesia, dan dengan semangat tersebut kita juga bisa mempersatukan 1.340 suku, 16.771 pulau menjadi satu, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata dia.
Dia memaparkan tujuan dalam pelaksanaan konferensi internasional ini, pertama yakni untuk mengkaji dan berbagi nilai-nilai agama yang dianut Indonesia untuk hidup bersama dengan damai sebagai satu bangsa.
Kedua, saling menjaga dan hidup berdampingan sehingga tercipta kehidupan yang rukun, saling menghormati, saling memahami, dan hidup bersama secara damai untuk mencapai kehidupan yang berbudaya (civilized life) dan bangsa yang beradab (civilized nation).
Ketiga, yakni untuk menemukan model dan strategi dalam menghadapi tantangan bersama di era globalisasi guna menghentikan perpecahan, permusuhan, dan konflik atas nama agama, sekaligus mengembangkan model pengajaran moderasi beragama yang sesuai dengan ajaran nilai agama di Indonesia maupun dunia.
“Ia juga menegaskan bahwa hasil dari konferensi ini nantinya akan memunculkan satu kesepakatan bersama untuk kemudian ditindaklanjuti di Indonesia juga di negara-negara lain yang turut berpartisipasi.
Adapun berdasarkan keterangan Ketua Panitia Pelaksana Konferensi Internasional MUI Safira Machrusah, acara ini dihadiri kurang lebih 300 peserta dari dalam maupun luar negeri.
Pada kesempatan ini, hadir juga sebagai pembicara Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia Wisnu Bawatenaya, dan Direktur Pusat Kristen Timur Tengah di Seminari Presbiterian Kairo Wageeh Presbiterian Kairo Wageeh Mikhail.
*Irfan Suba Raya*
The post MUI Sulsel Hadiri Konferensi Internasional Perdamaian Agama appeared first on MUI Sul Sel.