Makassar, muisulsel.or.id – Ketua Umum MUI Sulsel Prof Dr KH Nadjamuddin Abd Shafa Lc MA bahas Islam Moderat saat mengisi kajian di Masjid Al-Ikhtiar Perdos Unhas pada Ahad (2/4/2024).
Kajian dengan membahas tema menarik “Menyikapi Perbedaan Mazhab Dalam Islam” .
KH Nadjamuddin memaparkan, dalam Islam perbedaan pendapat adalah keniscayaan. Dari dahulu sampai sekarang ada ragam pendapat dalam Islam. Sehingga perlu kedewasaan berpikir dan bijak dalam melihat varian pendapat ulama.
Lanjutnya sebagian orang tidak siap menerima perbedaan pendapat tersebut. Mereka menganggap apa yang dipikirkan dan dipelajarinya kebenaran final. Sehingga tidak ada lagi ruang dialog dan diskusi. Akibatnya, dia menganggap orang yang berbeda pendapatnya sebagai lawan dan musuh.
Seringkali terjadi lantaran beda pendapat saling mencaci, menyesatkan, bahkan mengafirkan. Kata-kata kasar pun dikeluarkan untuk menunjukan ketidaksetujuan terhadap pendapat yang dilontarkan orang lain. Padahal berkata kasar dalam Islam sangat dilarang. Apalagi bila kata kasar itu meyakiti hati orang lain.
Rasulullah berkata:“Muslim adalah orang yang mampu menjaga orang lain dari lisan dan tangannya” (HR: Bukhari)
Seorang muslim mestinya bisa menahan diri dan tidak mengeluarkan kata yang menyakiti hati orang lain. Karena pada hakikatnya Islam itu adalah penyelamatan, kedamaian, dan keamanan. Tidak ada gunanya beragama, tetapi orang lain selalu terganggu dengan kehadiran kita.
Dalam hadis yang lain, Rasul mengingatkan, “Mencaci muslim termasuk perbuatan fasik, membunuhnya perbuatan kufur” (HR: Bukhari)
“Jangan sampai hanya karena beda pendapat kita menyesatkan dan mengkafirkan orang lain. Sebab konsekuensi dari pengkafiran dan penyesatan itu sangatlah berbahaya. Rasulullah mengingatkan kita agar tidak gampang menyesatkan dan mengkafirkan orang lain. Bahkan orang yang mengkafirkan orang lain, tuduhan itu akan kembali kepadanya bila itu tidak benar, ” katanya.
Ia juga mengungkapkan kebanyakan orang yang sering menyalahkan pendapat lain adalah mereka yang baru belajar agama atau belum mempelajari mazhab secara lengkap.” Perlu kita kedepankan Islam yang moderat untuk menjaga persatuan umat,” tutupnya.
Dr Muh Yusran Anshar Lc MA yang juga hadir sebagai pemateri mengatakan perbedaan Mazhab merupakan iktilaf para ulama dari zaman dahulu hingga sekarang.
Ia juga menghimbau kepada umat muslim agar menghormati perbedaan mazhab misalnya bacaan Qunut Subuh ,bagi yang membacanya tidak ada masalah karena masing-masing pendapat mempunyai landasan yang kuat.
Meskipun demikian Dosen STIBA Makassar ini mengingatkan agar perlu hati-hati dalam mengikuti mazhab tertentu.”Intinya kita harus telusuri dulu sumber hadisnya shahih atau tidak. Harus bersumber dari nabi sahabat , salaf dan ulama sesudahnya,” jelasnya.
(Irfan)
The post Ketum MUI Sarankan Islam Moderat Saat Bahas Moderasi Beragama appeared first on MUI Sul Sel.