Makassar, muisulsel – Zuhud adalah menjauhi ketergantungan pada duniawi, merasa cukup dengan yang ada, dan menjadikan akherat adalah tujuan utama kekayaan, kesuksesan dan kejayaan. Orang yang berperilaku zuhud disebut Zahid.
Kezuhudan itu prioritas akherat dan fokus pada ridha Allah. Imam Ali karrammallahu wajhahu berkata, “Harta dan anak adalah tanaman dunia sedangkan amal sholeh adalah tanaman akherat, ada orang orang yang disatukan Allah pada keduanya.”
Imam Zuhri berkata Zahid itu adalah kesabarannya tidak melampaui barang haram dan rasa syukurnya tidak menyisihkan hal halal.
Kezuhudan bisa besar di hati seseorang, manakala orang itu senantiasa hadirkan hakekat dunia yang fana dalam benak, sikap dan hati. Hakekatnya itu tergambar dalam ayat berikut:
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
20.
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.
Ayat ini belum mendapat perhatian banyak di kalangan kaum muslimin kecuali orang orang yang dapat rahmat memahami dan memerhatikan ejahwantah ayat ini. Bagi para penguasa, pejabat dan kaum Profesional yang selalu hidupnya mengejar kesuksesan dunia, hendaklah merenungi ayat ini, maksud dan tujuan utamanya adalah dunia hanyalah batu loncatan maka tujuannya adalah sasaran lompatan itu adalah kebahagiaan akherat yang abadi.
Rasul saw sangat mencemaskan umat itu terperdaya dengan kekayaan dan kesuksesan melebihi cemasnya atas kemungkinan terperdayanya kaum muslim terhadap kefakiran:
عن عمرو بن عوف الأنصاري رضي الله عنه أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم بَعَثَ أَبَا عبيدة بنَ الجَرَّاح رضي الله عنه إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأتِي بِجِزْيَتِهَا، فَقَدِمَ بمَالٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ الأَنْصَارُ بقُدُومِ أَبي عُبيْدَةَ، فَوَافَوْا صَلاَةَ الفَجْرِ مَعَ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا صَلَّى رسولُ الله صلى الله عليه وسلم، انْصَرفَ، فَتَعَرَّضُوا لَهُ، فَتَبَسَّمَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم حِيْنَ رَآهُمْ، ثُمَّ قَالَ: ((أظُنُّكُمْ سَمعتُمْ أنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِشَيْءٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ؟)) فقالوا: أجل، يَا رسول الله، فقال: ((أبْشِرُوا وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوالله مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلكِنِّي أَخْشَى عليكم أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُم. (متفقٌ عَلَيْهِ
Bahwa [‘Amru bin ‘Auf Al Anshariy], dia adalah cucu dari Bani ‘Amir bin Lu’ay yang turut serta dalam perang Badar, mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mengutus Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah ke negeri Bahrain untuk mengambil jizyah. Sebelumnya Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam telah membuat perjanjian dengan penduduk Bahrain dan menjadikan Al ‘Alaa’ bin Al Hadlramiy sebagai pemimpin mereka. Maka Abu ‘Ubaidah datang dengan membawa harta dari negeri Bahrain. Kedatangan Abu ‘Ubaidah ini didengar oleh Kaum Anshar bertepatan dengan saat shalat Shubuh bersama Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam. Setelah shalat selesai, Beliau segera pergi namun mereka berkerumun menghampiri Beliau. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam tersenyum ketika melihat mereka seraya berkata: “Aku kira kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah tiba dengan membawa sesuatu”. Mereka berkata; “Benar sekali wahai Rasulullah”. Maka Beliau bersabda: “Bergembiralah dan bercita-citalah dengan apa yang dapat membuat kalian berbahagia. Sungguh demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian. Akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah bila kalian telah dibukakan (harta) dunia sebagaimana telah dibukakan kepada orang-orang sebelum kalian lalu kalian berlomba-loba untuk memperebutkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba memperebutkannya sehingga harta dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka”.
Zuhud ini adalah tantangan bagi setiap mukmin dalam kesehariannya, maka merasa cukup dengan rezki Allah yang diterima saat ini adalah bagian makna dari zuhud maka hendaklah setiap mukmin mensyukuri bagian yang telah diterima dan tidak iri pada apa yang di dapat orang lain sabda Rasul saw:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم:((انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ)).
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian.
Zuhud adalah perilaku batin yang berbuah hal lahiriah, Zuhud adalah makna ubudiah sejati. wallahu A’lam.
The post GORESAN PAGI: Keutamaan Zuhud appeared first on MUI Sul Sel.