Makassar, muisulsel.com – Tak terbantahkan bahwa iman ditajamkan dengan ketajaman dua sisi. Sisi pertama adalah berupaya beramal sholeh dan sisi kedua menghindarkan diri dari ancaman dan siksa Allah Swt. keduanya mengantarkan manusia bahagia dunia akhirat.
Ada kecenderungan seseorang beramal ala kadarnya dengan alasan bahwa Allah swt Maha Pengasih dan Penyayang. Allah swt melipat-gandakan amal serta mengampuni seluruh dosa, setelah itu seseorang yakin dengan keselamatannya.
Secara prinsip hal itu sah saja, namun kompetisi mendapatkan derajat tinggi sebagai hamba Allah tidak terwujud dengan berpegang pada prinsip itu semata. Yang menjadi keharusan dalam diri seorang mukmin adalah keseimbangan antara harapan dan rasa takut kepada Allah Swt.
Syekh Yusuf al Qardhawy pernah ditanya oleh seseorang yang sekedar beramal dan yakin disayang Allah swt. Apa itu cukup untuk selamat dunia akhirat?, Syerkh menjawab bahwa konsep Al Qur’an menajamkan dua sisi. Keduanya dalam firman Allah swt:
(49). نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(50). وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.
Kedua ayat di atas dalam pandangan Syekh al Qardhawy adalah bukti upaya keras beramal banyak dan bertaubat banyak karena takut azab Allah swt.
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qudama al Maqdisy dalam Mukhtasar Minhajul Qasidin bahwa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al Umawi bertanya pada Abu Hazim Ulama zamannva, “Kenapa kita ini cinta dunia dan takut mati?. Syekh menjawab karena kalian telah bangun urusan dunia kalian secara baik dan merubuhkan akhirat kalian, sedang tabiat manusia itu benci berpindah dari bangunan kokoh ke bangunan rubuh”.
Khalifah kembali tanya, “Terus apa yang Allah Swt siapkan untuk kita”, Syekh Abu Hazim menjawab, “Paparkan amalmu di hadapan Allah Swt cocokkan dengan al Qur’an, bukankah Allah Swt berfirman?!:
Abu Hazim membaca firman Allah Swt :
اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ ۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,” [QS. Al-Infitar: 13].
وَاِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ ۚ ۖ
“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka,” [QS. Al-Infitar: 14].”
Khalifah Hisyam bertanya kembali: “Di manakah rahmat Allah, wahai Abu Hazim?” Abu Hazim membaca firman Allah:
اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan,” [QS. Al-A’raf: 56].
Secara konklusi bahwa rasa taqwa terhindar berbuat dosa dan meninggalkan berbuat buruk juga harus prioritas mengiringi semangat amal sholeh. Amal manusia itu juga masih harus diperiksa Allah swt akan keikhlasan dan kemurniannya karena Allah Swt. Tidak utama hanya merasa cukup dengan kebajikan sedikit yang telah tertunai
Seorang mukmin mewujudkan harapan besar dan taqwa besar adalah modal bagi mukmin mendapat derajat utama di sisi Allah Swt. Salah satu caranya adalah menguatkan dua sisi iman. Wallahu A’lam.
The post GORESAN PAGI: Menguatkan Dua Sisi Iman appeared first on MUI Sul Sel.