Makassar, muisulsel.com – Ukuran seseorang mencintai sesuatu karena Allah swt yaitu minimal ia mencintai sesuatu bukan karena faktor dunia, seperti mengharap imbalan, jabatan, nama, posisi dan kemasyhuran. Ia mencintai atas dasar ingin kebaikan yang dianjurkan Allah swt dan ingin agar sesuatu itu terhindar dari keburukan yang dilarang Allah swt. Itulah cinta karena Allah swt.
Komunitas yang pertama tulus mengungkapkan cintanya karena Allah swt adalah kaum Anshar. Mereka mencintai Rasul saw dan Allah swt, maka Allah pun cinta pada mereka:
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Kecintaan orang Madinah kepada kaum pendatang Muhajirin berbuah yang sama yaitu cinta Rasulullah dan cinta kaum muhajirin juga kepada kaum Anshar dengan kwalitas cinta karena Allah swt juga.
Salah seorang yang mewakili kaum Anshar yaitu Muadz bin Jabal ra (dai kondang Nabi ke Yaman dan ke Syam) itu pernah disapa Nabi saw dengan sapaan cinta karena Allah swt kepada dirinya sebagai kaum Anshar.
يَا مُعَاذُ، وَاللهِ، إنِّي لأُحِبُّكَ، ثُمَّ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لا تَدَعَنَّ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ)). حديث صحيح، رواه أَبُو داود والنسائي بإسناد صحيح.
Hai Muaz saya mencintaimu. Aku wasiatkan padamu setiap habis salat bacalah allahumma ainniy ala zikrika wa syukrika wa husni ibadatika.
Perihal kecintaan antar sesama kaum muslimin inilah yang mempersatukan umat di berbagai tempat dalam kurun waktu silih berganti. Bahkan para sahabat Nabi saw yang mendatangi kawasan-kawasan dakwah. Mereka itu dicintai manusia seperti cintanya kaum anshar kepada kaum Muhajirin.
Dalam suatu riwayat hadis Muwatha imam Malik disebutkan seorang tabiin bernama Abu Idris al Khaolaniy rahimahullah memasuki masjid Damaskus di negeri Syam. Ia melihat seorang ulama tua dikerumuni orang banyak yang sementara ditanya-ditanya urusan agama oleh seseorang dan lainnya. Ternyata ia adalah Muadz bin Jabal ra, salah seorang sahabat yang sangat dicintai Rasulullah saw, maka Abu Idris mendekati dan berkata, “Demi Allah aku cinta karena Allah kepadamu”, ia menjawab karena Allah? aku jawab karena Allah, diulang dua kali pertanyaan sama oleh Abu Idris, aku jawab ya karena Allah swt, maka ia merangkulku dengan jaket jubahnya dan berkata aku pernah dengar Rasulullah saw bersabda bahwa Allah swt berfirman:
قَالَ الله تَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتي لِلْمُتَحابين فيَّ، وَالمُتَجَالِسينَ فيَّ، وَالمُتَزَاوِرِينَ فيَّ، وَالمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ)). حديث صحيح رواه مالك في الموطأ بإسناده الصحيح.
Kuwajibkan pada diriku mencintai orang-orang yang saling mencintai karena Aku, juga orang-orang saling bermajlis karena Aku, juga saling berziarah karena Aku, juga saling bahu- membahu karena Aku.
Cinta Allah ini adalah derajat Maqam atau stasiun kemuliaan disisi Allah swt. Hal ini bisa terwujud pada siapapun yang mempraktekkan cinta ini pada sesama, maka ia akan dapat derajat dan kemuliaan. Jika ia berupaya cinta pada sesama insan karena Allah swt, derajat ini disebut pencapaian derajat manisnya iman.
Dari Anas bin Malik, Nabi saw bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) Ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah swt, (3) Ia membenci untuk kembali kepada kekafiran—setelah Allah l menyelamatkannya darinya—sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api.” wallahu A’lam, shobahul khaer ikhwaniiy jamian.
The post GORESAN PAGI: Mencintai karena Allah Swt Adalah Pencapaian Manisnya Iman appeared first on MUI Sul Sel.