JAKARTA — Bulan Ramadhan menyimpan banyak keistimewaan di dalamnya. Rahmat, ampunan, dan pahala yang melimpah menjadikan berlomba-lombanya umat Muslim mengerjakan amal sholeh kala Ramadhan datang. Salah satu keistimewaan lain dari bulan Ramadhan yaitu dengan adanya Lailatul Qadr.
Mengutip pendapat dari mufassir Indonesia, Prof Quraish Shihab, dalam kitabnya yaitu Tafsir al-Misbah disebutkan bahwa Lailatul Qadr adalah malam ketika Allah menurunkan Alquran.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap tahun terjadi Lailatul Qadr. Malam tersebut menjadi mulia bukan saja karena waktu diturunkannya Alquran, akan tetapi malam itu sendiri memiliki kemulian, yang kemudian kemuliaannya bertambah dengan turunya Alquran. Firman Allah ta’ala dalam Alquran:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ (٣) تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ (٤) سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr: 1-5).
Prof Quraish menjelaskan penafsiran Lailatul Qadr pada ayat pertama tentang turunnya Alquran sekaligus yaitu dari al-lauh al-Mahfuzh ke langit kedua. Adapun diturunkan secara berangsur-angsur adalah dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw yang dibawa oleh malaikat Jibril selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari.
Kapan Terjadinya Lailatul Qadr?
Rasulullah tidak pernah menjelaskan secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadr. Karenanya para ulama memiliki argumen yang berbeda berkaitan dengan ini.
Hikmah yang terkandung dalam rahasia kapan terjadinya Lailatul Qadr adalah agar umat Islam selalu beribadah, memperbanyak, dan memaksimalkan amal sholeh selama bulan Ramadhan seraya berharap dapat menjumpai malam tersebut.
Sedikitnya terdapat sekitar empat puluh pendapat ulama mengenai kapan waktu terjadinya Lailatul Qadr. Di antaranya ulama ada yang berpendapat bahwa Lailatul Qadr hanya sekali diturunkan mana kala turunnya Alquran, pada hari pertama atau hari terakhir bulan Ramadhan, semua hari di bulan Ramadhan, hari-hari ganjil pada hari ke sepuluh terakhir bulan Ramadhan, pertengahan Ramadhan dan masih banyak pendapat lainnya.
Seperti salah satu hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadr:
عن عائشةَ رضِيَ اللهُ عنها أنَّ رسولَ الله صلَّى الله عليه وسلَّمَ قال: ((تَحرُّوا لَيلةَ القَدْرِ في الوَتْر من العَشرِ الأواخِرِ من رمضانَ)) رواه البخاريُّ (2017) )
“Dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: bersungguh-sungguhlah kamu beribadah pada malam Qadr yaitu pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).
Begitu juga pada hadis lain dari Imam at-Tirmidzi, yaitu:
“Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa Lailatul Qadr adalah malam ke dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh dan malam ke dua puluh sembilan dari bulan Ramadhan.” (HR. Al-Tirmidzi).
Merujuk penjelasan dari Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, bahwa terdapat 45 pendapat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar. Menurutnya dari sekian banyak pendapat tersebut yang paling unggul adalah pendapat yang menyatakan terjadinya Lailatul Qadr yaitu dari 10 malam terakhir pada tanggal ganjil di Ramadhan tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Ibnu hajar juga mengatakan bahwa tanggal potensial terjadinya Lailatul Qadr yaitu pada tanggal 21 dan 23 Ramadhan. Argumen ini merujuk kepada pendapat Imam Syafi’i. Sementara mayoritas ulama berpendapat pada malam di tanggal 27 Ramadhan.
Cara Meraih Lailatul Qadr
Dalam salah satu ceramah dari KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha melalui program Narasi yang dipandu oleh Najwa Shihab, menuturkan bahwa perlu adanya persiapan guna meraih Lailatul Qadr.
Kemuliaan Lailatul Qadr tidak akan didapat jika tanpa persiapan yang matang. Jika demikian halnya, maka tidak dinamai dengan mencari tetapi hanya menunggu tanpa persiapan untuk menyambutnya.
Persiapan tersebut berupa memperbanyak ibadah, memfokuskan diri mencari ridha Allah, memdoakan orang mukmin untuk meraih kemuliaan Lailatul Qadr.
Selaras dengan pendapat Gus Baha, penulis Tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab berpendapat dalam acara yang sama bahwa terdapat ungkapan yang menyatakan bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban itu menyiram, sedangkan bulan Ramadhan adalah saatnya memanen hasil yanh telah ditanam dan dirawat sejak bulan Rajab dan Sya’ban.
Perlunya ketenangan hati dan jiwa untuk menerima kedatangan Lailatul Qadr. Karena tidak mungkin malam kemuliaan datang kepada siapa yang hati dan jiwanya tidak mampu berdamai dan ikhlas menerimanya.
Ramadhan yang akan berakhir tidak lama lagi secara langsung menjadi pengingat apakah amalan selama Ramadhan telah maksimal? Karena tidak ada jaminan bagi setiap jiwa bertemu pada Ramadhan selanjutnya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh KH Cholil Nafis saat momentum Tarhib Ramadhan 1443 H di Kantor MUI Pusat, jangan sampai umat Muslim seperti tikus yang mati di lumbung padi. Karena Ramadhan merupakan waktu yang Allah berikan kepada umat Islam untuk memanen pahala. Wallahu’alam
(Isyatami Aulia/Fakhruddin)