JAKARTA—Asal kata dakwah adalah da’a-yad’u-da’wah yang artinya mengajak atau menyeru. Secara istilah, dakwah bermakna ajakan untuk memahami, mempercayai (mengimani), dan mengamalkan ajaran Islam, juga mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Cara Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah adalah hal yang paling ideal untuk ditiru. Nabi Muhammad terkenal dengan sikap yang lemah lembut dalam berdakwah namun tegas bila itu sudah berkaitan dengan prinsip keagamaan. Metode dakwah yang seperti ini beliau terapkan terutama di saat Islam baru mulai menyebar di kalangan kaum Quraisy.
Metode dakwah yang seperti ini diharapkan tidak akan menimbulkan permusuhan terhadap orang-orang yang didakwahkan. Kelembutan dalam berdakwah diperlukan dikarenakan tabiat manusia tidak ada yang pernah senang dan menginginkan kekerasan. Hal ini sejalan dengan dalil Alquran yang berbunyi:
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS Thaha 44)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS Ali Imran 159)
Namun yang perlu diperhatikan, meski dakwah hendaknya menggunakan tutur bahasa yang lembut dan halus, ada kalanya di kondisi/situasi tertentu mengharuskan dai mengambil sikap yang tegas. Menurut Imam Al-‘Izz bin Abdus Salam dalam Kitab Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, (2008, Pustaka Al Kautsar), bagi sikap lemah lembut itu ada tempatnya dan bagi sikap keras juga ada tempat yang tidak cocok baginya kecuali tempat-tempat tertentu.
Dalam konteks ini, Imam Al-‘Izz bin Abdus Salam mencontohkan kisah Nabi Musa yang berdakwah pada firaun. Nabi Musa telah mengatakan perkataan yang lemah lembut pada firaun pada awal-awal dakwahnya. Allah berfirman:
فَقُلْ هَلْ لَّكَ اِلٰٓى اَنْ تَزَكّٰىۙ
“Maka katakanlah (kepada firaun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” (QS An Naziat 18)
Namun tatkala firaun tetap bersikeras terhadap pendapatnya sendiri, walaupun sebenarnya dia mengetahui bahwa dia salah, maka Musa mengatakan pada firaun:
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَآ اَنْزَلَ هٰٓؤُلَاۤءِ اِلَّا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ بَصَاۤىِٕرَۚ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّكَ يٰفِرْعَوْنُ مَثْبُوْرًا
“Dia (Musa) menjawab, ”Sungguh, engkau telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan (mukjizat-mukjizat) itu kecuali Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata dan sungguh, aku benar-benar menduga engkau akan binasa, wahai firaun.” (QS Al Isra 102)
Di saat itulah Nabi Musa tak lagi berkata-kata lembut seperti pada pertama kali bertemu. Tutur kata Nabi Musa yang awalnya lembut berubah menjadi ancaman kepada firaun akan azab Allah SWT dan kebinasaan yang akan menimpanya jika dia tetap bersikeras dan tidak mau bertaubat.
Terlepas dari kisah tersebut, para dai dapat meniru metode berdakwah yang dilakukan oleh Nabi-nabi. Metode atau seruan yang dilakukan oleh para Nabi biasanya memiliki berbagai macam bentuk. Metode dakwah itu sendiri terbagi menjadi enam macam bentuknya yang dapat ditiru para dai antara lain:
Pertama, dakwah fardiyah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.
Kedua, dakwah ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada khalayak banyak. Dakwah jenis ini biasanya disampaikan melalui khutbah (pidato).
Ketiga, dakwah bil-lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).
Keempat, dakwah bil-haal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan secara konkret atau nyata.
Yang kelima, dakwah bit-tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah dan terakhir atau keenam adalah dakwah bil hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana, dengan cara melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga objek yang didakwahi mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tanpa merasa adanya paksaan.
Apapun metode dakwah yang dipilih oleh seorang dai hendaknya dakwah tersebut dapat menimbulkan kesan bagi pendengarnya. Sikap lemah lembut adalah salah satu cara berdakwah yang akan menimbulkan kedekatan hati dan kelapangan jiwa. Akan tetapi bila dengan sikap lemah lembut demikian tidak memberikan pengaruh, maka bersikap tegas/keras diperbolehkan dalam hal ini selama tidak melampaui batas. (Hurryyati Aliyah/ Nashih)