Abu Bakar Ash-Shidiq memiliki nama lengkap Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab At-Taimi Al-Quraisy atau biasa dipanggil Abu Bakar. Sebelum masuk islam, ia bernama Abdul Ka’bah. Ia lahir dua tahun beberapa bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Menurut Syekh Muhammad Sa’id Nursi dalam bukunya Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah (2020, Pustaka Kautsar) mengisahkan Abu Bakar, bahwa Rasulullah menamainya Abdullah. Ia memiliki beberapa gelar di antaranya Ash-Shidiq (yang membenarkan) dan Al-Atiq (yang dibebaskan).
Sosok beliau berkulit putih, kurus, matanya cekung, badanya bungkuk, rambutnya lebat, dan suka menyemir rambutnya dengan bahan pewarna al-hinna dan katam.
Pada suatu waktu, ada seorang laki-laki dari suku Al-Azd, Yaman mendatangi Abu Bakar. Pria itu untuk menyampaikan kabar tentang dekatnya waktu kedatangan diutusnya Nabi akhir zaman. Tanpa berpikir panjang, Ia menjadi orang pertama yang menolong dan membenarkannya. Sebelumnya, kabar tersebut juga pernah disampaikan Waraqah ibn Nauful kepada Abu Bakar.
Abu Bakar juga menjadi laki-laki pertama yang beriman kepada Rasulullah. Bahkan, masuknya ia kedalam Islam tanpa ragu dan bimbang. Sampai-sampai Rasullah SAW bersabda:
“مَا دَعَوْتُ أَحَدًا إِلَى الْإِسْلَامِ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ عَنْهُ كَبْوَةٌ وَتَرَدُّدٌّ وَنَظَرٌّ، إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ مَا عَتَّمَ حِيْنَ ذَكَرْتُهُ لَهُ مَا تَرَدَّدَ فِيْهِ”
“Tidak kuajak seorang pun masuk Islam melainkan ia ragu dan bimbang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak ragu dan bimbang Ketika kusampaikan kepadanya.” (HR Ibnu Ishaq)
Abu Bakar adalah salah satu di antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Selain itu, melalui tangannya, beberapa sahabat pun mau memeluk Islam. Sebut saja Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaydillah, dan Abu Ubaydah bin Al-Jarrah. Mereka semua juga orang-orang yang termasuk mendapatkan jaminan Surga.
Ia juga pernah memerdekakan tujuh orang budak dan mereka semua pernah disiksa karena memperjuangkan Islam. Seperti Bilal, Amir ibn Fuhairah, Zunairah, Nahdiyah dan putrinya, Jariyah binti Mu’ammil, dan Ummu Ubays.
Pada saat Abu Bakar bersiap-siap hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan sudah jauh dari kota Makkah. Tiba-tiba ia bertemu dengan pemuka Suku Al-Habsyi, Ibnu Dughnah. Ia pun lantas bertanya, “Kemana kamu hendak pergi, wahai Abu Bakar?’’ “kaumku telah mengusirku, menyakiti dan mengintimidasiku,” jawab Abu Bakar.
“Mengapa hal itu bisa terjadi? Bukankah kamu telah bergaul dengan mereka secara baik, menolong orang-orang yang kesusahan, dan melakukan perbuatan yang makruf. Pulanglah dan aku akan menjamin keamananmu!” kata Ibnu Dughnah.
Setelah itu, Abu Bakar tidak jadi berangkat hijrah dan memutuskan untuk kembali ke Makkah bersama Ibnu Dughnah. Sesampainya di Makkah, Ibnu Dughnah menyerukan, “Wahai orang-orang Quraisy, aku telah menjamin keamanan Ibnu Abi Quhafah (maksudnya Abu Bakar). Karenanya, jangan sampai ada orang diantara kalian yang memperlakukanya kecuali dengan baik.’’
Di Makkah, Abu Bakar memiliki sebuah mushaa kecil di depan pintu gerbang rumahnya yang berada di pemukiman Bani Jumah. Ia selalu menunaikan shalat di mushala tersebut. Karena Abu Bakar adalah sosok yang berhati lembut, maka pada saat membaca Alquran ia selalu menangis. Hal ini mendorong anak-anak, para budak dan kaum perempuan di sekitarnya selalu menghampirinya. Mereka terharu sekaligus heran melihat kondisi Abu Bakar yang seperti itu. karena hal itu, beberapa pemuka kaum Quraisy menemui Ibnu Dughnah.
Mereka berkata, “Wahai Ibnu Dughnan, Anda menjamin keamanan laki-laki ini (Abu Bakar) untuk tidak mengganggu ketenagan kami! Jika ia shalat dan membaca apa yang dibawa oleh Muhammad (Alquran), ia selalu menangis. Kami khawatir anak-anak, kaum Wanita dan orang-orang lemah (budak) kami akan termakan fitnah. Datangkanlah dia kemari dan suruhlah ia masuk kerumahnya dan melakukan apa saja yang ia kehendaki!’’
Setelah mendengarkan itu, Ibnu Dughnah bergegas pergi untuk menemui Abu Bakar. Ia meminta Abu Bakar agar tidak mengganggu ketenangan kaumnya yang tidak suka dengan apa yang dilakukan Abu Bakar. Kecuali ia melakukanya di dalam rumah. Namun, Abu Bakar justru berkata, “Ataukah aku menolak jaminan keamananmu dan aku ridha atas jaminan kemanan dari Allah,” ucap Abu Bakar kepada Ibnu Dughnah.
“Kamu menolak jaminan keamanan ku?” tanya Ibnu Dughnah. “Aku telah menolak jaminan keamananmu,” jawab Abu Bakar.
Kemudian Ibnu Dughnan memberitahu kepada seluruh kaum Quraisy bahwa Abu Bakar telah menolak jaminan keamanan darinya. Sejak saat itu, kaum Quraisy mulai berani untuk mengganggu Abu Bakar. Bahkan, mereka terkadang sampai berani meletakan tanah di atas kepala Abu Bakar sewaktu berada di Ka’bah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: “قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا؟» قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: «فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟» قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: «فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا؟» قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، قَالَ: «فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا؟» قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ».
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, pada suatu hari, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang berpuasa pada hari ini?’’ “Saya,” jawab Abu Bakar. “Siapa di antara kalian yang mengiringi jenazah pada hari ini?” tanya Beliau. “Saya,” jawab Abu Bakar. “Siapa di antara kalian yang memberi makan fakir miskin pada hari ini?,” tanya Beliau. “Saya,” jawab Abu Bakar. “Siapa di antara kalian yang menjenguk orang sakit pada hari ini?” tanya Beliau. “Saya,” jawab Abu Bakar. Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Tidak terangkum hal tersebut pada diri seseorang, melainkan ia akan masuk surga.”’ (HR Muslim).
Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan:
لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنَّهُ أَخِي وَصَاحِبِي، وَقَدِ اتَّخَذَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ صَاحِبَكُمْ خَلِيلًا
“Sekiranya aku ingin mengambil seorang kekasih, aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Akan tetapi ia saudara dan sahabatku. Dan Allah sudah mengambil sahabat kalian sebagai kekasih.” (HR Bukhari).
Abu Bakar adalah teman setia Rasulullah dalam perjalanan hijrah dan menemani beliau Ketika berada di Gua Tsur. Abu Bakar-lah yang dimaksud dalam firman Allah QS At-Taubah: 40.
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Ia juga tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Abu Bakar memiliki empat istri yaitu Ummu Ruman, Qutailah, Asma binti Umais, dan Habibah. Ia memiliki enam anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan.
Anak laki-lakinya bernama Abdullah, Abdurrahman, dan Muhammad. Sedangkan ketiga puterinya bernama Asma, Aisyah, dan Kultsum. Bahkan, Puterinya yang Bernama Aisyah, adalah wanita yang paling dicintai Rasulullah.
Abu Bakar adalah Amir yang pertama kali haji dan orang yang menjadi imam shalat pasca wafatnya Nabi. Setelah Nabi wafat, kaum muslimin mengalami kegoncangan. Dengan tegas, Abu Bakar mengatakan, “Barang siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah maha hidup, tidak mati,” Allah telah meneguhkan hati kaum muslimin berkat pernyataan ini.
Pada tahun 11 Hijriyah, kaum muslimin memilihnya menjadi pengganti (khalifah) pertama Rasulullah. Pidato politik pertamanya setelah diangkat sebagai Khalifah berbunyi, “Aku diangkat menjadi pemimpin kalian, bukan berarti aku orang yang terbaik dari kalian. Kalau aku memimpin dengan baik, maka bantulah aku. Jika aku salah, maka hendaklah kalian meluruskan. Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah khianat. Orang lemah di antara kalian adalah orang kuat menurut pandanganku sampai aku menunaikan apa yang menjadi haknya. Orang kuat diantara kalian adalah orang lemah menurut pandanganku hingga aku mengambil hak darinya.”
Ia menjabat selama dua tahun tiga bulan. Selama menjabat, ia berhasil mengumpulkan Alquran, memerangi orang-orang murtad dan kelompoka orang yang enggan membayar zakat. Pada masanya pula, dibebaskan wilayah-wilayah baru.
Abu Bakar meninggal pada tahun 12 H dalam usia 63 tahun, persis seperti usia Nabi saat meninggal. Jasadnya dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW bersama Umar Bin Khatab. Sebelum meninggal, Ia menunjuk Umar sebagai khalifah untuk menggantikanya. (Sadam Al-Ghifari/Angga)