KUALA LUMPUR — Wakil Ketua Gerakkan Nasional Anti Narkoba Majelis Ulama Indonesia atau disingkat Ganas Annar MUI Pusat Titik Haryati menjelaskan, pendekatan rehabilitasi untuk korban narkoba di Indonesia hanya berkaitan dengan urusan medis dan sosial. Akibatnya 75 persen pengguna kembali lagi memakai narkoba.
Demikian disampaikannya di sela Pelatihan Program Drugs dan Family Conseling di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) Kamis (19/01) lalu.
Pecandu yang mengalami depresi karena kondisi metabolisme tubuh mengalami kondisi abnormal terutama kerusakan pada fungsi kerja otak. “Maka juga perlu ditangani dengan maksimal dengan layanan lain selain pendekatan spiritual, holistik herbal terkait kondisi kesehatan korban,” ujar Titik.
Ketua Program Drugs dan Family Counseling di USIM, Siti Nubaillah menambahkan dalam pelatihan, keluarga merupakan peran penting terhadap korban narkoba yang butuh dukungan orang terdekat. Keluarga sebuah sub-sub sistem yang memiliki fungsi masing masing karena berbeda dengan individu.
Keluarga memiliki sistem kontrol yang mampu mengendalikan perilaku anggota keluarganya. Persoalan atau konflik keluarga membuat anggota keluarga memiliki prilaku tidak sehat di samping tekanan hidup di luar.
Maka menangani korban narkoba jangan hanya dilihat secara individu tapi juga keluarga korban. Keluarga yang otoriter dan persimitif memiliki dampak terhadap gaya hidup anak, sehingga anak bisa menjadi makkian atau alam bahasa indonesia di sebut pecandu narkoba.
“Ganas Annar MUI perlu merangcang terobosan program berbasis keluarga yang saat ini belum di tangani oleh pemerintah dalam penanggulangan narkoba,” kata Siti Nubaillah. (Aida)