Jakarta – Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA-MUI) bersama World Wide Fund for Nature (WWF) dan Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI-UNAS) meluncurkan Buku Pelestarian Satwa Langka Untuk Keseimbangan Ekosistem pada Jum`at (22/12) di Aula Buya Hamka, Gedung MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam acara tersebut hadir Kiai Muhyiddin Junaidi sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Hubungan Internasional, Hayu S Prabowo (Ketua LPLH-SDA MUI), Chairul Saleh (WWF), Fachruddin M Mangunjaya (PPI-UNAS).
Buku tersebut dibuat dalam rangka penuntun sosialisasi Fatwa MUI No 4 Tahun 2014 Tentang Fatwa Pelestarian Satwa Langka Untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem.
Menurut Kiai Muhyiddin, tugas MUI dari tahun ke tahun semakin berat, karena bukan hanya masalah praktek keagamaan tetapi juga praktek dalam tata negara dan bermasyarakat
“Sebenarnya tugas MUI itu tiap tahun bertambah dan semakin banyak, jika dulu hanya mengurusi praktek keagamaan sekarang sudah lebih menerapkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan dan sesama makhluk hidup, Fatwa untuk Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem contohnya, “ ungkapnya.
Dalam menjaga ekosistem dan lingkungan, tambah Kiai Muhyiddin, ada tiga prinsip yang harus dipegang, yatiu : Tarahum (Saling Menyayangi), Tawazun (Keseimbangan), dan Tawasul (Terus-menerus).
Sejalan dengan itu, Fachruddin menambahkan bahwa penjagaan ekosistem sudah diajarkan Rasulullah SAW 14 abad yang lalu.
“Dahulu Nabi Muhammad SAW sudah mencontohkan kita untuk menjaga lingkungan dengan membuat area konservasi di sekitar oase, ” ungkapnya.
Berdasarkan penelitian barat, kearifan lokal masyarakat Indonesia di pedalaman Kalimantan, khususnya yang penduduknya muslim juga ikut serta menjaga makhluk hidup.
“Ulama-ulama di pedalaman kalimantan juga sudah ikut berperan sejak lama, karena sudah ikut melarang untuk membunuh satwa liar yang diluar kebutuhan, sehingga alhamdulillah kita bisa menyaksikan monyet, siamang, lutung, dsb bisa ikut minum bebas di aliran sungai” tambah Fachrudin.
Selain menjaga satwa langka, LPLH-SDA MUI kata Hayyu juga telah mengembangkan konsep Eco Masjid
“LPLH-SDA alhamdulillah sudah mengembangkan Eco Masjid yang mensupport masyarakat desa dalam penyediaan air, energi, dan makanan, yang terbaru adalah di Papua minggu lalu, ” kata Hayyu. (Ichwan)
Lampiran