Jakarta – Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman (PLBKI-MUI) gelar pelatihan Teknokonten berbasis Islam Wasathiyah bersama PT Indosat Ooredoo Kamis (14/12) Wisma Antara, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Dengan gaung yang sama, yakni mengajak masyarakat untuk bijak bersosmed, LPBKI-MUI dan Indosat mengundang beberapa organisasi kepemudaan Ormas Islam dan anggota komisi dan lembaga internal Majelis Ulama Indonesia.
Razi Thalib, sebagai pemateri pertama, mengajak peserta untuk jeli melihat hal-hal yang viral di media sosial.
“Dakwah adalah marketing, sebagai konsultan marketing media sosial saya selalu berusaha untuk responsif terhadap hal yang viral, saya modifikasi dan gunakan kembali untuk produk yang akan saya jual. Untuk dakwah kita juga harus seperti itu, ” katanya.
Umumnya, berdasarkan fakta pengguna media sosial yang sebagian besar adalah remaja, konten dakwah pun harus funny, touching, dan inspiring.
“Ada tiga tipe konten yang memiliki kemungkinan viral tinggi, pertama konten harus funny (lucu, bikin gemes, dan ketawa), kedua touching (menyentuh, gembira, dan bisa sedih), dan terakhir inspiring (menginspirasi orang, merubah cara berfikir, dan membuat orang termotivasi-empowering), ” tambah CEO setipe.com.
Sejalan dengan itu, Thobib Al-Asyhar, pemateri kedua menambahkan pemahaman peserta akan efek yang timbul dari media sosial, positif dan negatifnya.
“Sedikitnya ada lima efek negatif dari media sosial, mulai dari menurunnya intensitas dan kualitas interaksi sosial secara langsung, perubahan watak masyarakat yang cenderung lebih instan, menurunnya kualitas akhlaqul karimah, banyaknya kasus perselingkuhan, dan penculikan akan dan remaja,” ungkap Ketua Pokja Cyber Komisi Infokom Pusat.
Thobib juga sangat menyayangkan akan penyebaran hoax yang begitu masif di masyarakat. Menurutnya berita hoax jika baik pun tetap berdosa jika disebarkan.
“Saat ini hoax menyebar bahkan untuk perbuatan baik, tapi itu tetap dosa, ” kata Thobib.
Ia juga mengajak masyarakat khususnya kaum muda untuk menimbulkan kesadaran diri dan menjadi pribadi unggul seorang muslim dalam bermedsos.
“Mari kita timbulkan kesadaran diri dan menjadi pribadi yang unggul dalam bermediasosial, ” kata dosen psikologi Islam Sekolah Kajian Stratejik dan Global pada Program Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia.
Melengkapi dua materi sebelumnya, Ir Hamli, juga menanamkan kepada generasi muda untuk berhati-hati menggunakan media sosial yang saat ini sudah menjadi tempat perkrutan dan penyebaran terorisme.
“Jika dulu sebelum tahun 2010 perekrutan teroris itu melalui media offline, sekarang sudah melalui online dengan perantara medsos,” ungkapnya.
Sebagai contoh, kata Hamly sambil menunjukkan video, seorang pelajar SMA yang didoktrin untuk meraih surga dan memerangi orang kafir dengan bom bunuh diri namun anak tersebut tidak merasa melakukan bunuh diri.
“Ini contoh anak SMA yang sudah dicuci otaknya, nanti kita dengarkan ia akan menyatakan bahwa ia tidak melakukan bunuh diri, tetapi untuk berjuang jihad di jalan Allah, dan jika ia mati akan mendapat 70 bidadari, dengan maharnya adalah meledakkan diri di hotel belakangnya,” ungkap Direktur Pencegahan BNPT.
Dirinya sekali lagi menghimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam bermedia sosial dan mengajak mengisi media sosial dengan hal yang positif. (Ichwan)