Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengakui Yerusalem sebagai sebagai ibu kota Israel. Pemerintah AS juga berencana memindahkan kedutaan besarnya yang semula di Tel Aviv ke Yerusalem.
Menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Wakil Ketua Umumnya, Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan menolak dengan tegas hal tersebut karena berpotensi menimbulkan kemarahan umat Islam seluruh dunia.
“MUI menolak keras tindakan AS memberikan pengakuan terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan rencana pemindahan kantor kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yurusalem,” ujar Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa’adi di Jakarta, Kamis (7/12).
Langkah Presiden AS Donald Trump tersebut, bagi Buya Zainut, dianggap tidak peka terhadap perasaan muslim dunia. Tindakan itu juga potensial memanaskan ketegangan di negara-negara Timur Tengah khususnya dan dunia pada umumnya.
“Yang terjadi justru akan semakin menyuburkan fanatisme dan kekerasan yang mengancam proses perdamaian Israel Palestina, ” tuturnya.
Nasib bangsa Palestina juga semakin tidak pasti dengan adanya pengakuan AS tersebut.
Tindakan AS tersebut, tuturnya, bertentangan dengan Revolusi Dewan Keamanaan PBB yang menuntut Israel menghentikan kegiatan pemukiman di Yerussalem.
Mengingat AS dan Israel telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, maka MUI meminta pemerintah Indonesia melakukan langkah-langkah cepat untuk membantu bangsa Palestina.
“MUI meminta Pemerintah Indonesia untuk menggalang lobi dengan negara-negara Muslim di dunia untuk menekan AS agar mengevaluasi tindakannya, ” tambahnya.
Buya Zainut juga menegaskan bahwa MUI mendukung solusi Pemerintah Indonesia memerdekakan Palestina dan menciptakan perdamaian di sana.
“Solusi itu mencakup pembentukan negara merdeka Palestina di dalam garis perbatasan sebelum Perang 1967 yang terdiri dari Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur, dengan Israel yang hidup berdampingan secara damai,” katanya.
Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri KH. Muhyiddin Junaidi menyebut tindakan Donald Trump sangat keji serta merugikan umat Islam.
“Donald Trump memang punya agenda sangat keji dan merugikan kepentingan umat Islam dunia, khususnya dunia Arab,” ujar Kiai Muhyiddin di Jakarta, Rabu (7/12).
Menurut Kiai Muhyiddin, tindakan Donald Trump tersebut adalah pengalihan opini publik terkait masalah domestik AS, tentang hubungan rahasia AS dan Rusia.
“Mengalihkan opini publik tentang masalah domestik yang menyudutkan Donald Trump setelah ditetapkannya Michael Flynn sebagai tersangka dalam kasus hubungan rahasia dengan Rusia,” ucapnya.
Untuk memprotes tindakan Trump ini, Kiai Muhyiddin menyarankan negara-negara Islam di dunia menarik duta besar mereka dari AS.
“Dunia internasional dan umat Islam harus melawan dengan menarik para duta besar mereka dari AS dan membekukan hubungan diplomasi sebagai reaksi atas prilaku Donald Trump yang semena-mena,” pungkasnya.