Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Prof Din Syamsuddin menegaskan bahwa strategi menuju perdamaian untuk Afghanistan harus lebih konkret.
“Kita butuh tindakan yang nyata, kedua duta besar (dubes) dan kita semua harus setuju dengan tahap yang ada di tingkat nasional dan akar rumput, ” katanya saat mengisi Dialog Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam Indonesia dengan Delegasi High Peace Counsil (HPC) Afghanistan di Hotel Luwansa, Jalan HR. Rasuna Said, Jakarta, Selasa (21/11).
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama antar Agama dan Peradaban (UPK-DKAP) ini mengatakan, aktivitas konkret bisa berupa mengajak para pebisnis yang ada di Afghanistan untuk saling bekerjasama mewujudkan perdamaian.
“Tanggung jawab ini harus diakomodir juga diakomodir oleh para pebisnis, ” katanya.
Prof Din menambahkan bahwa peran peran perempuan sangat penting untuk perdamaian. Melalui perempuan, utamanya Ibu, pengamalan perdamaian bisa dimulai dari dalam keluarga.
“Perempuan punya peran sentral untuk perdamaiain, karena perdamain datang dari keluarga, tidaka ada perdamaian di masyarkat tanpa ada perdamaian di keluarga, ” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua MUI Bidang Luar Negeri KH Muhyiddin Junaidi mengingatkan bahwa Afghanistan sebelumnya sudah menemukan konsep negara yang baik semasa kepemimpinan Jamaluddin Al-Afghani. Konsep itu perlahan pudar sejak invasi Amerika dan Rusia yang kemudian menjadikan Afghanistan radikal. Ia berharap Ulama Afghanistan bisa bersatu demi terwujudnya perdamian di sana.
“Ulama afghanistan bisa menyelasikan masalah internal mereka, interpretasi dalam AlQuran dan Sunnah yang salah, bisa menimbulkan perpecahan, ” tutupnya. (Ichwan)