Bersama Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siradj, KH. Maemum Zubair, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan serta sekitar 700 ulama dari berbagai daerah di Indonesia, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin deklarasikan terbentuknya Mejelis Dzikir Hubbul Wathan saat Halaqah Nasional Alim Ulama di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/07).
Dalam sambutannya, Kiai Ma’ruf menyebut dialog kebangsaan serta dzikir adalah dua hal yang bisa menyatukan bangsa. Dua hal tersebut terkandung dalam Majelis Dzikir Hubbul Wathan.
“Majelis dzikir ini menjadi tempat untuk mengupayakan kesatuan bangsa melalui dua hal, pertama melalui dialog-dialog kebangsaan dan kedua dzikir, doa dan istighasah,” ucap Kiai Ma’ruf.
Kiai Ma’ruf, seperti diberitakan Antara, mengingatkan bahwa besarnya upaya yang kita lakukan seringkali jauh dari cita-cita yang ingin kita capai. Sehingga dibutuhkan pula dzikir dan do’a agar tercapai cita-cita Indonesia yang menjadi lebih kondusif, utuh, saling membantu, dan menyayangi.
“Karena apa yang kita lakukan itu sebenarnya terlalu sedikit dibanding dengan cita-cita yang ingin kita capai, karena Rasulullah juga dalam doanya mengatakan Ya Allah rahmatmu lebih banyak dari yang kami harapkan dibanding upaya kami sendiri jadi tepat pendiri republik mengatakan kemerdekaan adalah berkat dan rahmat Allah SWT, mari kita bersama berdoa agar bangsa ini lebih utuh dan bersatu,” ungkap Kiai Maruf.
Upaya penyatuan bangsa itu juga seringkali terganggu oleh kehadiran kelompok-kelompok yang tidak memiliki komitmen kebangsaan utuh. Kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri dari negara, baik yang berbentuk radikalisme agama maupun radikalisme sekuler.
“Tapi keutuhan terganggu ketika muncul kelompok-kelompok yang tidak punya atau kurang punya komitmen kebangsaan yang utuh, ketika ada kelompok yang ingin memisahkan diri, kelompok yang mau mengubah negara ini yaitu kelompok radikalisme baik radikalisme agama maupun radikalisme sekular,” jelas Kiai Ma’ruf.
Kiai Ma’ruf berujar agar situasi seperti ini tidak dibiarkan berkembang menjadi lebih jauh lagi. Lembaga kenegaraan, kemasyarakatan, maupun keagamaan patut turut serta berjuang menyatukan kembali elemen bangsa.
“Jadi kita harus menyatukan kembali, berusaha bagaimana menyatukan ini melalui pranata-pranata yang kita miliki baik pranata kenegaraan, kemasyarakatan maupun keagamaan,” tegas Kiai Ma’ruf.
Senada dengan Kiai Ma’ruf, Presiden Jokowi memandang positif hadirnya Majelis Dzikir Hubbul Wathan. Presiden memandang, Majelis ini bisa dimanfaatkan sebagai ruang bertukar pikiran dan silaturahmi antara ulama dan umara (pemerintah) sehingga keduanya tetap sejalan.
“Kita sekarang mempunyai sebuah majelis, forum, ruang, dalam rangka nanti kita bisa bersilaturahim bersama-sama, sehingga kita ingin ulama, umara, bisa berjalan beriringan. Itu yang kita inginkan,” ujar beliau.
Sumber: Antara