Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan SDA atau LPLH Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hayyu Prabowo menyatakan bahwa Indonesia dipandang sudah cukup maju dalam menerapkan upaya pemeliharaan lingkungan di kalangan agamawan.
Pernyataan tersebut diungkapkan dalam rapat LPLH dan SDA MUI dengan sejumlah pihak terkait dengan Haji Ramah Lingkungan di Kantor MUI, Kamis (19/3/2015). Menurutnya jika dibandingkan dengan negara Muslim lainnya, Indonesia dipandang sudah cukup maju dengan kampanye eko-pesantren, eko-masjid hingga green hajj.
Sejauh ini sudah ada beberapa biro perjalanan haji dan umroh yang sepakat untuk turut mendukung kampanye pemeliharaan lingkungan kepada para jamaahnnya, khususnya pada saat menunaikan ibadah umroh maupun haji. Peran mereka penting, disamping memandu para jamaah haji terkait dengan ibadah, namun mereka juga mamandu agar para jamaah menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menghemat penggunaan air.
Kesadaran para pelaku jasa ibadah haji dan umrah ini bersesuaian dengan fatwa MUI bahwa setiap muslim wajib memelihara kebersihan lingkungan, termasuk menjaga agar tidak isyraf, membuang sambah sembarangan. Dengan begitu, semua pihak terakhir termasuk para pelaku travel haji dan ulama agar membina para jamaah haji maupun umrah untuk menjaga lingkungan.
Menurut Ketua Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional Dr. Fachruddin Mangunjaya, sampah menumpuk terlalu banyak ketika sesudah haji, limbah padat juga masih terus menjadi sorotan. Ketika sampah terlalu banyak, maka energi juga akan memakan terlalu banyak. Pada tahun 2013, jamaah haji menyisakan 53 ribu ton sampah.
Masalah sampah perlu diperhatikan, karena ada yang bisa hancur, ada yang harus memakan waktu hingga ratusan tahun, misalnya kantong plastik harus memakan 90 tahun, nilon 40 tahun, sandal dan botol plastik hingga 450 tahun, ini sama saja tujuh generasi. (Red: Anam)