JAKARTA— Pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI) MUI Yanuardi Syukur diundang sebagai pembicara pada Kongres Internasional PLURIEL ke-4, terkait “Impact and prospects of the Document on human fraternity” di Abu Dhabi, 4-7 Februari 2024.
Kongres tersebut merupakan turunan dari Piagam Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia yang ditandatangani Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Vatikan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut bahwa deklarasi tersebut adalah model kerukunan antaragama dan solidaritas manusia. “Mari kita semua mengambil inspirasi dan memperbaharui komitmen kita untuk berdiri bersama sebagai satu keluarga manusia,” kata Guterres di laman United Nations.
“Pentingnya dokumen tersebut membuat Majelis Umum PBB bahkan menjadikan 4 Februari, tanggal dokumen tersebut ditandatangani sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional melalui resolusi 75/200,” kata Yanuardi Syukur.
Kongres PLURIEL merupakan kelanjutan dari konferensi sebelumnya, yakni ‘Islam in the Plural’ (2016), ‘Islam and Belongings’ (2018), dan ‘Islam and Otherness’ (2022), yang mempertemukan para peneliti yang mengkaji Islam dari seluruh dunia.
Pada kongres tersebut, Yanuardi Syukur akan berbicara terkait “Human brotherhood in the Islamic Worldview” dengan mengkaji secara antropologis pemikiran komunitas intelektual Muslim Indonesia terkait isu-isu yang dikembangkan dalam dokumen persaudaraan manusia tersebut.
Penyelenggara kegiatan tersebut oleh Federation of European Catholic Universitites (FUCE), sebuah platform kerjasama terkait dialog Kristen-Muslim di dunia.
FUCE berdiri pada 2014 dan hingga 2022 jaringannya telah mencakup peneliti dari 27 negara. Secara teknis, kongres ini diadakan Catholic University of Lyon, Prancis bekerjasama dengan TRENDS Research & Advisory, Abu Dhabi.
Yanuardi Syukur adalah Assistant Professor pada Program Studi Antropologi Universitas Khairun, Ternate yang juga Peneliti Senior pada Center for Strategic Policy Studies (CSPS), sebuah unit riset khusus di bawah Center for Strategic and Global Studies Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI.
Dia pernah menjadi pembicara konferensi internasional di lingkungan Universitas Indonesia, University of Malaya Malaysia, dan George Washington University Amerika Serikat. Pada 2015, ia terpilih sebagai delegasi Indonesia pada flagship program Pemerintah Australia, yakni Australia-Indonesia Muslim Exchange Program dan menjadi Ketua Forum Alumni AIMEP sejak 2017 hingga saat ini.
Di MUI, selain berkhidmah pada sub-komisi kajian dan respons isu kontemporer, dia juga menjadi host pada ‘Kajian Dunia Islam’ yang diadakan TVMUI yang khusus membahas dinamika Islam di tingkat global. (Junaidi, ed: Nashih)