JAKARTA — Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Buya Amirsyah Tambunan, mengimbau umat Islam untuk mengendalikan diri menghadapi tahun politik. Momentum Ramadan merupakan waktu yang tepat merefleksikan hal tersebut.
“Ibadah puasa selama satu bulan penuh harus menjadi momentum mengajak semua komponen bangsa sadar diri, mampu menahan diri dan mampu mengendalikan diri dalam menghadapi tahun politik 2024 untuk mewujudkan pemilu yang aman dan damai berdasarkan prinsip Pemilu Jurdil,” ujarnya dalam keterangan tertulis (24/3/2023).
Seperti disebut-sebut oleh sejumlah pihak, momentum Ramadan menjadi sasaran agenda politik para elit dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Hal itu lumrahnya dilakukan dengan menjadikan tradisi masyarakat untuk membangun solidaritas politik dan keterpilahan electoral di Tahun 2024 nanti, seperti buka bersama (bukber) atau pertemuan dalam mejelis-mejelis.
Buya Amirsyah melihat hal demikian merupakan tanggung jawab bersama agar umat tidak jatuh pada perpecahan. Dibutuhkan semua pemangku kepentingan, termasuk umat, untuk mewujudkan negara yang aman dan damai.
“Ini merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan dalam mewujudkan negara yang aman dan damai penuh ampunan Allah SWT (yaitu negara) baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur,” kata dia.
Selain imbauan politik, Buya Amirsyah juga mengimbau agar umat Islam meningkatkan iman dan taqwa (imtaq) sehingga terbukti mempu meningkatkan kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa
Hal itu dapat dilakukan dengan memperbanyak sedekah untuk membantu sesama yang kurang mampu sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas dan penuh hormat, memperbanyak tadarus Alquran untuk tadabur kepada ciptaan alam ini sehingga mampu meningkatkan iman dan ilmu pengetahuan.
Tidak kalah penting, lanjut dia, adalah meningkatkan silaturrahim untuk memperkuat ukhuwah dengan sesama keluarga, tetangga, teman sejawat dan masyarakat umum lainnya.
“Atas dasar itu banyak hikmah yang bisa kita peroleh di antaranya adalah meraih kebaikan dan barokah serta ampunan Allah,” terangnya.
(A Fahrur Rozi/Fakh)