JAKARTA — Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI, Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan peran strategis lembaga pertelevisian di bulan Ramadan untuk menanamkan nilai-nilai budaya di tengah masyarakat.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi salah satu narasumber dalam acara Halaqah Siaran Ramadan 1444 H/2023 M yang digelar Komisi Infokom MUI, bertajuk “Menjaga Kemuliaan Ramadan Melalui Kualitas Program Lembaga Penyiaran”, Senin (6/3/2023).
“Teman-teman yang ada di penyiaran ini, di televisi ini, sangat-sangat strategis sekali untuk ikut turut menjaga kebudayaan-kebudayaan yang sangat-sangat positif, yang oleh para pendahulu kita sudah ditanamkan di tengah masyarakat, bahkan menjaga agar tidak pudar,” tuturnya dikutip dari Youtube TVMUI, Selasa (7/3/2023).
“Dan Ramadan menjadi lebih sangat strategis lagi karena Ramadan ini bulan yang suci, kemudian umat juga menginginkan kesucian, umat ingin pahala yang banyak,” kata dia menambahkan.
Pria yang akrab disapa Kang Abik ini menuturkan bahwa nilai budaya sendiri mencakup empat hal. Pertama, etika, misalnya etika menghormati ulama atau orang yang berilmu, etika menjaga interaksi antara lelaki dan perempuan, etika makan dengan tangan kanan, dan etika baik lainnya.
Kedua, persepsi, misalnya ahli al-Qur’an dianggap orang yang paling mulia di tengah masyarakat, atau masjid adalah tempat mulia yang harus dihormati.
Ketiga, sensibilitas, misalnya budaya unggak-ungguk ketika bertemu orang lain. Kang Abik mengingatkan agar jangan sampai nilai-nilai positif ini tergradasi oleh budaya luar. Apalagi menurutnya, saat ini di masyarakat sudah mulai terlihat ada pergeseran.
Keempat, estetika, misalnya pergi ke pengajian dengan memakai baju putih-putih. Hematnya, keseluruhan nilai tersebut harus senantiasa dijaga dan dipertahankan.
“Saya ingin menyampaikan beberapa hal yang saat ini kita sudah bisa menikmati, bagaimana para pendahulu kita, baik itu para ulamanya, seniman-seniman muslim terdahulu menanamkan nilai-nilai kebudayaan di tengah masyarakat dalam proses yang sangat panjang sekali, dan ini harus kita jaga bersama,” ungkapnya.
Kang Abik juga membeberkan alasan siaran Ramadan menjadi sangat strategis, hal itu karena di bulan ini banyak momen-momen kebersamaan dengan keluarga. Bahkan anak remaja yang sudah jarang menonton televisi, khusus di bulan Ramadan ini ketika sahur atau berbuka, mereka pun biasanya ikut menonton televisi bersama keluarganya.
“Maka di situ memang sangat strategis sekali untuk memasukkan nilai-nilai budaya,” imbuhnya.
“Saya rasa semangatnya kita sama, yaitu ingin kebaikan untuk umat ini, ingin menegakkan nilai-nilai dan kebudayaan yang positif di tengah-tengah umat,” pungkasnya.
(Shafira Amalia/Fakh)