BANDUNG— Lima pengurus Majelis Ulama Indonesia turut serta dalam Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah (SPMHU) angkatan ke-23 di Bandung yang digelar 1-6 Maret 2023 lalu.
Bahkan dalam kegiatan yang diselenggarakan Ditjen PHU Kementerian Agama Republik bekerja sama dengan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu, empat perwakilan MUI terpilih sebagai peserta terbaik.
Kelima delegasi MUI dalam agenda rutin itu adalah Dra Hj Mimin Austiyana MA pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri, Dr Hj Wiwi Siti Sajaroh pengurus Komisi Dakwah, Dr Hj Atiyatul Ulya pengurus Komisi Fatwa, Ade Rina Farida, M Si pengurus Komisi Dakwah, dan Dr Hj Umi Musyarrofah, MA pengurus Komisi KPRK.
Dalam sambutannya, Rektor UIN Gunung Djati Bandung, Prof Mahmud, menyambut baik SPMHU yang keseluruhan pesertanya adalah wanita. Ini menjadi stimulan yang bagus mendorong keberadaan petugas haji dari kalangan wanita.
“Biasanya sertifikasi pembimbing manasik haji dan umrah untuk laki-laki dan perempuan, namun untuk kali ini pesertanya hanya perempuan,” ujar dia.
Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Ahmad Sarbini, menjelaskan kegiatan ini merupakan jawaban keinginan Menteri Agama, yang menginginkan adanya pembimbing haji dan umrah dari kalangan perempuan.
“Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan apresiasinya kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, yang sudah 23 kali mengadakan sertifikasi pembimbing manasik haji dan umrah,” ujar dia.
Ketua panitia pelaksana SPMHU, Dr Arif Rahman menyebutkan, peserta total berjumlah 50 orang yang terdiri dari berbagai perwakilan organisasi masyarakat, yaitu antara lain dari Muslimat Nahdlatul Ulama, Fatayat Nahdlatul Ulama, Aisiyah Muhammadiyah, Persatuan Islam, Alwasliyah, Perwati, Mathlaul Anwar, dosen UIN, Kemenag Pusat, Kanwil dan Kemenag Kabupaten Kota, MUI Pusat, serta Wanita Al Irsyad.
Peserta tersebar tidak hanya dari Jawa Barat, namun ada juga yang dari luar Jawa Barat Seperti Palembang, Lampung, Malang, DIY Jogyakarta, dan sebagainya.
“Asal pesertanya beragam, ada yang dari wilayah kabupaten dan kota Jawa Barat, bahkan ada juga yang dari Jawa Tengah,” kata dia.
Ketua Jurusan Manajemen Haji dan Umrah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr Asep Iwan Setiawan, mengatakan meskipun pesertanya wanita, namun bobot materi, metode, dan praktik tidak berbeda.
Termasuk narasumber yang terdiri dari akademisi 60 persen guru besar, praktisi, dan stakeholder dari PHU Kementerian Agama RI.
Dia menegaskan, Tidak ada yang dibedakan dengan peserta dari kalangan laki-laki. Jadi, diharapkan bisa memiliki kualitas dan kompetensi yang sama, antara pembimbing wanita dan laki-laki, sehingga kedua-duanya bisa bekerja profesional sebagai petugas haji dan umrah.
“Melibaktan mahasiswa sebagai bentuk pembelajaran mahasiswa, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, terakhir turut aktif juga dalam melakukan evaluasi,” kata dia. (Junaidi, ed: Nashih)