JAKARTA— Program Pemantauan TV Ramadan yang menjadi agenda tahunan MUI ternyata membawa perubahan di industri televisi tanah air. Program kerjasama MUI dengan KPI ini diakui insan pertelivian memunculkan tantangan tersendiri untuk menciptakan program yang memiliki rating tinggi sekaligus Islami.
Direktur Pemograman dan Produksi iNews TV, M. Chairil Alam mengakui insan pertelevisian memerlukan kritik dan saran MUI supaya membawa acara televisi menjadi lebih baik.
“Kita perlu banyak mendengar, perlu banyak inputan dari teman-teman MUI, para ulama yang tergabung di sini, ” ucap Alam dikutip dari TVMUI, Selasa (7/3/2023).
Sebelumnya, Chairil menjelaskan kritik MUI terhadap isi program televisi yang itu-itu saja, tidak ada nilai keislaman sama sekali. Berangkat dari kritik tersebut, dia menyampaikan, tim program pertelevisian akhirnya memikirkan ide memadukan acara yang ratingnya tinggi sekaligus memiliki nilai keislaman lebih.
“Ketika kita mendengarkan ide atau masukan itu tentu kita harus kontemplasikan, kita coba internalisasi, ketika ide tersebut bisa diakomodir, itu akan menjadi sebuah program televisi, kita juga pastinya ingin impact yang baik untuk audiens, jadi bukan hanya sekadar rating saja,” paparnya.
Lebih jauh, Chairil Alam juga memaparkan bagaimana media televisi menggabungkan masukan-masukan MUI dan memformulasikannya menjadi sebuah program televisi yang selain berbobot dan bernilai bagi masyarakat muslim, tapi juga memiliki rating tinggi.
“Yang menarik adalah kritikan dari teman-teman MUI, kok acara cuma ketawa-ketawa saja, tidak ada value-nya, kemudian terbersitlah sebuah ide bagaimana program mengaji itu bisa naik ke televisi,” terang Chairil.
Tentunya, menurut Chairil, bila hanya program mengaji saja biasanya tidak memiliki rating tinggi. Ini merupakan sebuah tantangan, di mana ingin memroduksi program yang mulia tetapi juga di sisi lain ratingnya harus tinggi.
“Akhirnya kita diskusi dan ketemu sebuah ide di mana program mengaji dipadukan dengan format pencarian bakat yang sudah memiliki cerita kesuksesannya sendiri di mana-mana, maka format itu kita pelajari, kemudian kita gabungkan dengan program mengaji, lahirlah acara Hafidz Indonesia,” jelas Chairil Alam.
(Ilham Fikri/Azhar)