JAKARTA— Komisi Infokom MUI akan menggelar Halaqah Siaran Ramadhan 1444 H/2023 pada Senin 6 Maret 2023. Halaqah ini akan dihadiri para praktisi tayangan Ramadhan dari beragam televisi nasional dan sejumlah radio. Tausiyah pun akan disampaikan dalam kegiatan ini.
Menurut pakar Komunikasi Politik UIN Jakarta, Dr Gun Gun Heriyanto, perlunya dua poin kebaruan tausiyah di bulan Ramadhan. MUI dalam hal ini perlu merekognisi dua kebaruan tersebut merespons permasalahan yang ada.
“Muncul inspirasi juga kemudian, bukankah itu penting untuk kebaruan dalam tausiyah, termasuk lembar tausiyah MUI, mungkin nanti ada barunya,” kata dia dalam Halaqah Mingguan Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI ke-30, Kamis (2/3/2023), dikutip dari Youtube TVMUI, Ahad (5/3/2023).
Hal itu dia sampaikan sebagai solusi menghadapi momentum Pemilu 2024 dalam mengkampanyekan keterpilihan politik, juga bentuk respon terhadap problematika kekerasan anak yang meningkat.
Dia mengakui momentum Ramadhan memang sering digunakan untuk kampanye politik para calon atau kandidat. Berdasarkan pengamatan pada Ramadhan menjelang Pemilu 2019, dia menemukan hal tersebut dalam pertemuan-pertemuan jamaah, baik offline maupun melalui siaran televisi.
Menurut Ketua Pokja Media Watch Komisi Infokom MUI itu, yang sering digunakan bentuknya adalah political publishity, yaitu publisitas atau agenda menaikkan popularitas dengan menggunkan pihak ketiga melalui siaran televisi atau tabligh akbar.
“Usul sebagai yang terbarukan dalam tausiyah itu dengan memasukkan aspek tahun Pemilu, misalnya tayangan Ramadhan yang terdiri dari semua golongan atau mereka yang bertarung di arena gelanggang pertama,” paparnya.
Problematika kekerasan remaja, lanjut dia, juga perlu diberikan sentuhan kebaruan dalam tausiyah pada Ramadhan. Hal itu, menurut dia, harus dilakukan dengan memperbanyak tema-tema soal keluarga mengingat belakangan ekspresi kekerasan meningkat di media sosial.
“Ini bisa menyentuh kognisi dan afeksi halayak melalui talkshow-talkshow Ramadan. Prolognya bisa dimulai dengan isu kekerasan yang muncul belakangan atau pamer kekayaan yang dimiliki orang tuanya,” ujarnya. (A Fahrur Rozi, ed: Nashih)