JAKARTA —Penggunaan aperangkat teknologi (gadget) saat ini hampir tidak bisa dikendalikan. Kecenderungan melakukan aktivitas di dunia maya menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Terkadang tidak sedikit kebiasaan tersebut mendatangkan masalah dalam hidup.
Wakil Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga (KPRK) MUI, Zahratun Nihayah menganggap kebiasaan tersebut sudah jarang disadari saat ini. Jika terus dibiarkan, penggunaan gadget secara berlebih bisa berdampak pada keharmonisan keluarga.
“Ternyata kita semua tidak menyadari secara menyeluruh (penggunan gadget berlebihan) bagaimana dampaknya bagi anak, bagi remaja, keluarga, atau bahkan kita orang dewasa,” ujarnya dalam Halaqoh Mingguan ke-29 Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI seperti dikutip MUIDigital, Senin (27/2/2023).
Menurut Dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta itu, diperlukan kontrol diri terhadap anak dan keluarga. Dia menyebut empat tips berupa aktivitas untuk menghilangkan kebergantungan penggunaan gadget.
“Mari kita refleksi diri. Kadang kita sendiri sebagai orang tua tidak bisa mengontrol itu (bermain gadget). Ini sudah berapa jam WA-an dan sudah berapa jam Netflix-nya,” imbuhnya.
Ini empat tips membangun keluarga yang sehat gadget;
- Membangun komunikasi efektif di lingkungan keluarga.
- Mengupayakan sosialisasi dan interkasi dengan teman sebaya.
- Menyibukkan diri dengan aktivitas menarik yang sarat dengan interaksi, komunikasi, dan kerjasama.
- Memperbanyak menyimak ajaran tentang pentingnya mendidik generasi muda (anak-anak) dengan benar dan bertanggungjawab.
Dalam kajian bertema “Panduan Keluarga Sehat Gadget”, dia juga mengingatkan tantangan dalam mendidik anak yang sudah berbeda zaman dengan orang tuanya. Tantangannya tentu berbeda dan lebih besar jika melihat karakteristik zaman (cohort) saat ini.
“Kita perlu mendidik anak berdasarkan zamannya karena dia hidup bukan lagi di masa kita (orang tua). Komunikasi antar-cohort itu ternyata sangat berbeda caranya. Ini mendorong kita untuk mempertimbangkan tantangan apa yang dihadapi anak kita,” kata dia.
(A Fahrur Rozi/Fakh)