Jakarta – Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI menggelar Halaqoh Pengayaan Indeks Ukhuwah di Kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta, Senin (30/1/2023). Hadir dalam acara tersbut Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Buya Adnan Harahap dan Sekretaris Komisi Ukhuwah Islamiyah KH Saiful Bahri.
“Kami dari Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI berketetapan mengukur tingkat ukhuwah dengan melakukan semacam survey yang nanti hasilnya adalah indeks ukhuwah, dua tiga kali kita melakukan halaqoh menyampaikan sapling pengayaan variable indeks ukhuwah,” Kata Sekretaris Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI, KH Saiful Bahri.
Kanapa itu penting? Dia melanjutkan, karena ingin tahu rumusan-rumusan variable apa yang bisa digunakan untuk mengukur itu, termasuk nanti parameternya apa saja, pertanyaannya seperti apa, supaya menjamin objektivitas penelitian kita dan hasilnya ini juga betul-betul objektif.
“Dan jika hasil ini baik berarti harus terus dilanjutkan sikap kemasyarakatannya, keagamaannya, sosial budaya dan seterusnya, jika hasilnya kurang berarti ada hal-hal yang harus diperbaiki di masyarakat itu di mana ajaran islam yang baik ini harus melahirkan sikap keberagamaan yang juga baik, jangan sampai ajaran yang baik ini rusak oleh pengamalan yang salah dari hubungan manusia terutama dari sisi hubungan sosial budaya di masyarakat,” ujarnya.
Untuk mengetahui persoalan yang terjadi di masyarakat terkait tingkat ukhuwah dan permasalahannya perlunya indeks ukhuwah sehingga bisa terukur kekutan dan kelemahannya.
“Kenapa dibutuhkan indeks ukhuwah itu di situ, kerukunannya, ukhuwahnya, kekuatannya di mana kelemahannya di mana, kita ingin tahu juga itu, itu yang kita harapkan,” sambungnya.
Kiai Saiful Bahri menerangkan, pihaknya ingin menjadi acuan dunia karena di Indonesia, umat beragama masih saling menghargai, saling menghormati yang minoritas cukup baik dan mereka cukup nyaman tetapi di beberapa tempat ada kasus-kasus, nah apakah kasus-kasus ini murni sebuah pertahanan ideologi dan sebagainya atau ada pihak lain yang memanas-manasi atau juga ada yang mendesign dan kita melalui indeks ini mudah-mudahan tergambar juga itu.
“Kita ingin semua baik-baik saja, aman-aman saja rukun rukun saja, tapi jika ada terjadi seperti apa semua itu kita juga ingin tahu, apakah itu murni gesekan keagamaan, kebudayaan masyarakat atau ada yang memanas-manasi dari pihak lain itukan kita harus waspada, tapi secara umum kita katakana dunia mengakui kita baik,” tutupnya. (Junaidi/Fakhruddin)