JAKARTA— Ketua Komisi Kerukunan Antarumat Beragama, Dr KH Abdul Moqsith Ghazali, menyampaikan bahwa pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama menjelang tahun politik.
“Karena agama ini harus bisa membawa misi kemanusiaan bukan hanya politik saja yang bisa mengoyak kebersamaan,”kata Kiai Moqsith Ghazali saat diwawancarai oleh MUIDigital melalui whatsApp, Kamis (12/1/2023).
Kiai Moqsith juga mengatakan bahwa kerukunan di Indonesia pada 2022 berjalan dengan baik. “Secara umum pun relasi umat beragama di Indonesia terjadi kesepahaman,”tuturnya.
“Kesepahaman ini menyangkut pada posisi negara undang-undang dasar (UUD), dan kesadaran dari tokoh-tokoh lintas agama,”lanjutnya.
Kiai Moqsith juga menyampaikan soal refleksi kerukunan umat beragama selama 2022, yaitu pertama, Negara Indonesia adalah keputusan bersama, sehingga argumen-argumen lain yang menolak UUD tidak bisa ditoleransi lagi.
Kedua, perbedaan antarumat beragama jika itu terkait akidah maka itu tidak bisa ditukar tambah lagi dengan apapun itu. “Akan tetapi sejauh menyangkut bukan akidah, maka itu bisa ditoleransi kan?,” kata dia.
Selain itu, Kiai Moqsith juga mengatakan bahwa ada beberapa kendala terkait kerukunan umat beragama pada 2022 kemarin, di antaranya bahwa anasir tidak toleran dan tidak moderat pada dasarnya ada di semua agama.
“Setiap agama unik, dan selalu ada agama-agama yang unik yang tidak toleran, dan tidak moderat,”ujarnya.
“Itulah yang menjadi kendala arus komunikasi antarumat lintas agama,” ujar dia.
Kiai Moqsith juga memberikan pengarahan agar kedepannya kerukunan antarumat beragama tetap terjaga, diantaranya: “Bisa dilakukan dengan membangun tafsir agama yang terbuka dan moderat,”katanya.
Dia mengatakan, Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI pun sudah membuat buku saku yang isinya mengenai etika berinteraksi dan bagaimana menjalin hubungan dengan pemeluk agama lain. (Ratna, ed: Nashih)