JAKARTA — Kepala Sub Divisi Komunikasi Jakarta Islamic Centre, Paimun Abdul Karim menyampaikan pengembangan Islamic Center adalah bagian dari meneruskan spirit Masjid di masa Rasulullah.
“Pembangunan Masjid bukan sekadar menjadi tempat ibadah. Masjidil Haram misalnya, dibangun sebagai pusat kegiatan umat, mulai dari musyawarah, kajian, latihan bela negara, menerima tamu negara, pengobatan, bahkan berfungsi untuk penampungan fakir miskin, ” ungkap Paimun, Selasa (27/12/2022).
Dalam sesi diskusi Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Ukhuwah Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut, dia menuturkan peradaban Madinah kala itu, dibangun dengan menjalankan tiga gerakan yakni spiritual, sosial budaya dan ekonomi.
Ketiga gerakan inilah yang diperkuat optimalisasi Masjid.
Meskipun demikian, Paiman menyampaikan konsep Islamic Center sendiri mulanya berasal dari Barat yakni Manchester, Inggris, yang mengalihfungsikan Gereja menjadi Masjid pada 1967 dan dinamakan Islamic Centre.
“Di Indonesia, Konsep Islamic Center muncul pada 1978 di Jawa Barat, yang selanjutnya berfungsi sebagai sarana mengembangkan dan menyebarkan Islam dan kebudayaannya, ” jelasnya.
“Selain itu, pembangunan Islamic Centre diharapkan dapat menciptakan sumber daya umat Islam yang mempunyai daya cipta, berdaya pembaharuan, bertakwa serta berilmu, ” lanjutnya.
Oleh sebab itu, untuk memberdayakan umat, Islamic Center terdiri dari lembaga pendidikan gedung pertemuan, asrama haji, kantor lembaga agama Islam, masjid, hingga komplek perumahan.
“Perkembangan Islamic Centre di Indonesia adalah salah satu indikator kebangkitan Islam bagi bangsa ini. Dinamikanya diharapkan menjadi solusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia,” kata dia.
Paiman berharap adanya dukungan penuh dari berbagai stakeholder untuk meningkatkan tata kelola Islamic Center yang ada di Indonesia.
Upaya tersebut, kata dia, akan mampu meningkatkan kualitas umat muslim Indonesia, melalui kegiatan-kegiatan dari pengurus Islamic Center.
(Isyatami Aulia/Azhar)