JAKARTA— Ketua Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia, KH Dr Asrorun Ni’am Sholeh berpesan agar budaya digital jangan sampai jadi budaya yang konvensional yang rendah literasi.
“Karena literasi yang rendah menyebabkan hoax,” kata dia Pelatihan Kepemimpinan Milenial pada Era Digital yang digelar Kemenpora bekerja sama dengan Komisi Infokom MUI, di Jakarta, Jumat (23/12/
2022).
Dia menjelaskan terdapat empat prasyarat pilar literasi digital, di antaranya: digital skill (kemampuan digital), digital ethics (etika berdigital), budaya digital, dan digital safety.
Dia juga menyampaikan space di dunia digital ada hukum dan etika yang harus dipatuhi. Selain itu lingkungan hidup kita juga semakin beragam dan luas.
“Fitrah seorang manusia itu mewujudkan kebaikan,” tuturnya.
Selain itu, tutur dia, cara pandang keagamaan harus sering diantisipasi, yang dimana nantinya akan ada potensi kebaikan perkembangan digital.
Kiai Asrorun Ni’am juga menyampaikan dalam konteks kebangsaan harus ada pola pikir kebangsaan yang kokoh, dan komitmen untuk melakukan proses perubahan.
“Dengan demikian perang identitas pada saat itu sangat penting,”ujarnya sambil mengutip kaedah fikih yaitu al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, mempertahankan yang baik dan mengambil yang lebih baik, menghadapi proses perubahan tersebut.
Pelatihan Kepemimpinan Milenial pada Era Digital Milenial yang berlangsung di Oasis Amir Hotel Meutia, Jakarta, pada 23 sampai 24 Desember 2022.
Kegiatan bertajuk “Transformasi Digital Islam Wasathiyah untuk Peradaban Global” dalam rangka memperkuat kemampuan lepemimpinan milenial pada era digital tersebut, dihadiri oleh peserta kalangan milenial yang terdiri dari KBL internal MUI, pengurus Infokom MUI Pusat dan Jabodetabek, serta perwakilan universitas dan organisasi masyarakat.
Ketua Komisi Infokom MUI, KH Mabroer MS, menyatakan pihaknya ingin meluruskan untuk kesadaran bersama-sama untuk membangun perdaban Islam kedepannya.
Tren generasi muda zaman sekarang sangat eksklusif. Tahun depan akan ada digital community islamy di Jawa Barat dibantu kawasan Asia Tenggara.
“Salah satu agenda kita saat ini adalah mengembalikan makna jihad yang sebenarnya, jadi jihad bukan hanya sebagai takbir, melainkan mempunya banyak makna,” kata dia.
Dia menyebut hampir 80 persen paham yang berkembang di medsos belum wasathiyyah. Dimana banyak sekarang orang menggunakan medsos untuk menggunjing orang lain. “Padahal menggunakan medsos itu harus bijak dan harus menhasilkan konten yang positif,” tutur dia.
(Ratna/ Siti Nurmah Putriani, ed: Nashih)