JAKARTA— Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar mengajak umat Islam untuk melakukan Introspeksi dan evaluasi atas capaian spiritual di pengujung 2022.
Hal ini disampaikan Prof Nasar dalam tausiyahnya di acara Muhasabah dan Istighatsah Akhir Tahun yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Masjid Istiqlal, Selasa (20/12/2022) malam.
“Izinkan saya mengajak untuk melakukan introspeksi, apa capaian atau prestasi-prestasi spiritual yang kita lakukan dan kita perlu evaluasi di penghujung tahun 2022 ini,”ujar Prof Nasar.
Prof Nasar melanjutkan, bahwa alangkah ruginya seorang hamba kalau prestasi spiritualnya hari ini sama dengan hari kemarin. Maka dari itu, menurutnya penting untuk melakukan evaluasi agar bisa mengukur target pada 2023 nanti.
“Dan hari ini kita datang berevaluasi, mudah-mudahan target-target 2023 kita nanti, insyaallah bisa diukur nanti,”harapnya.
Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini juga menjelaskan tentang kesadaran yang sifatnya bertingkat atau berlapis-lapis.
Dia menganalogikan beberapa lapis kesadaran itu dengan anak kecil yang tidak shalat subuh, yang berusaha bangun shalat subuh namun cepat-cepat alias sebatas formalitas, dan yang shalat subuh dengan menghayati bacaannya. “Jadi kesadaran itu berlapis-lapis,” jelas pria asal Bone, Sulawesi Selatan itu.
Lebih lanjut, Prof Nasar menyebutkan beberapa tingkatan kategori seorang hamba. Pertama, kategori ahli taat, yaitu orang yang melaksanakan seluruh ajaran Islam karena itu penting dan wajib sehingga tak jarang merasa terpaksa dan terbebani dengan shalatnya atau ibadahnya itu.
Kedua, ahli ibadah, yaitu orang yang melakukan seluruh ajaran islam karena cinta sehingga dia tidak akan merasa terbebani oleh ibadahnya, bahkan merasa sangat senang ketika beribadah.
Jadi, menurut Prof Nasar, yang membedakan ahlu taat dan ahlul ibadah adalah kualitas dan intensitasnya.
“Kalau ahli ibadah, aku shalat karena mencintai shalat, aku mencintai zikir, aku mencintai shalawat. Seluruh ketaatan yang dilakukan dengan penuh rasa cinta itulah yang disebut dengan ahlul ibadah,” jelasnya.
Tanda seseorang sudah menjadi ahli ibadah, kata dia, kalau sudah susah membedakan mana sunnah mana wajib, keduanya dia kerjakan karena sama-sama dicintai Allah SWT.
Juga tidak lagi membedakan antara yang makruh dan haram, keduanya ditinggalkan karena sama-sama tidak disukai Allah SWT.
“Jadi kalau masih membedakan ini wajib dan ini haram berarti kita masih kategori ahlut taat,” tegasnya.
Ketiga, lanjut Prof Nasar, adalah ahlullah, inilah tingkatan yang paling tinggi. Jika ahlul ibadah sasarannya masih ingin surga dan takut neraka, ahlullah beribadah benar-benar tulus karena Allah SWT dan mengharap ridha-Nya.
Oleh karena itu, Prof Nasaruddin mengajak umat Islam untuk terus meningkatkan kualitas spiritualnya di tahun-tahun mendatang.
“Jadi ada ukuran-ukuran untuk mengukur apakah kita itu sudah ahli taat. Kalau tadinya gak shalat jadi shalat, Alhamdulillah, ahli taat. Kalau sudah 2023 nanti insya Allah akan menjadi ahli ibadah, 2024 nanti akan menjadi ahlullah,” kata Wakil Menteri Agama Republik Indonesia 2011-2014 ini. (Shafira Amalia, ed: Nashih)