Pada 25 November lalu, kita menyaksikan hari di mana anak didik mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pendidiknya, para guru.
Ungkapan tersebut dibarengi rasa haru biru yang menggambarkan betapa sakralnya relasi antara murid dan guru.
Dalam ajaran Islam, ilmu menempati posisi tertinggi. Menghormati guru tiada lain adalah menjunjung tinggi ilmunya, pengetahuannya dan berterimakasih kepada guru yang tiada lelah menyampaikan ilmu yang telah didapat agar terus berkembang.
Dalam satu hadits disebutkan bahwa di antara sifat para nabi dan ulama adalah mewarisi estafet keilmuan, alih-alih mewariskan harta. Alasannya, harta bisa hilang lenyap begitu saja, fana. Sementara ilmu, abadi.
Sebelumnya, Rasulullah SAW terlebih dahulu menyebutkan keutamaan seorang penuntut ilmu dan guru. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Siapa yang meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudah untuknya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat merendahkan sayap-sayapnya sebagai keridhaan terhadap penuntut ilmu.
Orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi, hingga ikan yang tinggal di dasar laut. Keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama terhadap seluruh bintang-bintang.
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Abu Dawud no 3157)
Saking tingginya ilmu dan guru yang mengajarkan ilmu dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR Bukhari no 98)
Hadits di atas bila diperhatikan, adalah peringatan dari Nabi Muhammad SAW agar jangan sampai di suatu negeri atau kelompok masyarakat tidak ada orang yang memiliki ilmu. Sebab bila benar-benar tidak ada orang yang berilmu, tatanan sosial akan kacau balau.
Maka dari itu, peran guru sangat dibutuhkan, otomatis murid juga sebagai pengkaji ilmu amat sangat berkontribusi dalam tersebarnya keilmuan.
Terakhir, Nabi Muhammad SAW mengklasifikasikan dan memerintahkan umatnya menjadi umat yang berilmu, mencintai ilmu, menjadi pengajar dan mau menjadi pelajar. Keseriusan ini tampak dari sabda Nabi SAW berikut :
اغْدُ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُنْصِتًا أَوْ مُحِبًّا، وَلَا تَكُنِ الْخَامِسَةَ فَتَهْلَكَ
“Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang mencintai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR Ibnu Baththah no 209, Lihat: Ibnu Baththah, al-Ibanah al-Kubra, 1/341)
Hadits ini seolah mengisyaratkan jangankan menghormati guru yang derajatnya disebut di posisi pertama, Islam juga mengapresiasi orang yang menuntut ilmu, orang yang hanya mendengarkan dan mencintai ilmu saja tanpa mendalaminya. Sedemikian besar perhatian ajaran Islam terhadap ilmu.
Kemudian perlu dipahami ilmu dalam hadits di atas tidak hanya “ilmu agama” melainkan seluruh ilmu yang bermanfaat dan memberi dampak positif bagi orang banyak.
Demikian hadits-hadits Rasulullah SAW mengenai keutamaan ilmu, guru, dan penuntut ilmu. (Shafira Amalia, ed: Nashih)