JAKARTA — Forum Konferensi Internasional Religion of Twenty (R20) sudah selesai digelar beberapa hari yang lalu di Nusa Dua, Bali. Hadir sejumlah tokoh agama-agama di seluruh dunia yang melahirkan beberapa rekomendasi sebagai upaya perdamaian dunia dan mengatasi krisis global melalui jalur agama.
Penting agar pertemuan serupa R20 untuk terus secara kontinu dan konsisten diadakan. Hal itu disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Informasi dan Komunikasi, KH Masduki Baidlowi, dalam kegiatan Halaqah Mingguan Infokom, Kamis (24/11/2022).
“Menjadi sangat penting bagaimana agama dilihat dari sisi terangnya yang berperan integratif terhadap negara bangsa-bangsa,” kata Kiai Masduki.
Hal itu, kata dia, mengingat faktor sejarah kelam yang terjadi antaragama. Misalnya, perang salib yang terjadi antara agama Islam dan Kristen, atau pergulatan Islam-Hindu di India. Sejarah itu jika dilihat dari sisi kelamnya akan sangat berbahaya terhadap pembangunan peradaban saat ini.
Menurut Kiai Masduki, forum semacam R20 akan menghilangkan ingatan gelap itu dan potensial membentuk kesepahaman dalam beragama masing-masing. “Karena dasarnya kita eksklusivisme dalam beragama, tidak mau tahu. Sejarah bila digali dari angel ini tentu akan sangat berbahaya,” lanjut Kiai Masduki.
Selanjutnya, pertemuan R20 adalah pembentukan konsep agama dalam bernegara (fiqh siyasah). Sementara secara umum, kata Kiai Masduki, konsep fiqih bernegara kita saat ini masih berorientasi pada fiqih siyasah abad pertengahan, seperti penaklukan, invansi, peperangan.
“Maka fiqih siyasah kita dirumuskan dalam konteks itu, muncul juga pendefinisian tentang kafir. Ada kafir zimmi atau harbi,” paparnya.
Penting kemudian fiqih oriented semacam ini harus diubah secara total dalam konteks negara bangsa-bangsa modern hari ini. Jadi jika R20, menurut Kiai Masduki, hendak ingin membangun fiqih peradaban harus terlebih dulu merubahnya dari sisi fiqih siyasah.
“Ternyata rekomendasi yang dihasilkan R20 kemarin masih terlalu umum, dan perlu kerja kolaboratif dengan beberpa ormas, seperti Muhammadiyah atau MUI,” kata Kiai Masduki memberikan catatan.
(A Fahrur Rozi/Fakhruddin)