JAKARTA—Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia menggelar kegiatan Ngaji Kebangsaan bertemakan “Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme”, Kamis (17/11/2022).
Sebagai pemateri, Wakil Sekretaris BPET MUI, M Najih Arromdloni, menyampaikan peran utama tokoh agama dalam menanggulangi tindakan ekstremisme dan terorisme.
Menurut dia, motif utama tindakan ekstremisme yang sejauh ini diidentifikasi secara besar adalah dengan membawa narasi keagamaan.
“Jadi kita dapat menyimpulkan yang paling penting berperan adalah tokoh agama dalam menanggulangi ekstremisme,” ungkap dia.
Dia mengatakan, tidak ada para teroris yang tidak membawa narasi keagamaan, dalil berupa ayat Alquran, maupun hadits Nabi. Meski diketahui tidak didapati dalil satu pun yang mengajarkan soal terorisme dalam Islam.
Persoalan muncul ketika ada tafsir terhadap Alquran dan pemahaman terhadap hadits. Inilah yang sering memunculkan adanya politisasi dalil sesuai dengan kehendak pribadi, termasuk aksi ekstremis.
“Jadi kalau ayatnya tidak masalah, tafsir yang bermasalah,” kata M Najih dalam paparannya.
M Najih pun mengatakan, pola pikir para teroris dan ekstremis adalah menganggap wajib hukumnya menggunakan hukum Allah. Hal itu didasarkan pada ungkapan dalam Alquran “wa man lam yahkum bimaa anzalallahu, fa ulaaika humul al-ghafiluun”.
Selanjutnya, adalah kafir-mengkafirkan (takfiri) sehingga menuntut penegakan negara Islam. Mendirikan agama Islam tidak mungkin tanpa kekerasan yang mereka sebut dengan jihad dan agenda doktrin.
“Karena basis ektremisme adalah narasi keagamaan, ada beberapa hal yang harus diluruskan kepada masyarakat sebagai tokoh ulama,” bebernya.
(A Fahrur Rozi/Fakhruddin)