JAKARTA — Delegasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut hadir dalam pembukaan Abu Dhabi Forum For Peace ke-9.
Kegiatan yang mengusung tema “Globalized Conflict and Universal Peace: Urgent Needs for Partnership” tersebut, dilaksanakan pada 8 hingga 10 November 2022 yang berfokus pada mekanisme untuk menghadapi tantangan ekonomi, kesehatan, dan keamanan global.
Menteri Toleransi dan Harmoni, Syekh Nehayan bin Mubarak al-Nehayan menyampaikan, tugas para tokoh agama adalah untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan toleransi.
“Ketiga nilai ini yang nantinya dijadikan landasan bagi warga dunia agar dapat mengubah semangat bermusuhan menjadi silaturahmi, persaudaraan, dan kesetaraan untuk membangun peradaban dunia,” jelas Syekh Nehayan melalui press release yang diterima MUIDigital, Rabu (09/10/2022).
Dalam membangun peradaban dunia, Syekh Nehayan menuturkan terdapat empat pilar yang harus ditegakkan yaitu menghindari diskriminatif, akidah perdamaian sebagai keyakinan bersama, kerja sama seluruh manusia, serta dialog cinta antar umat beragama.
Selain Syekh Nehayan, hadir pula Sekjen Robitah Alam Islami, Syekh Dr. Muh. Abdul Karim al-Isa yang menyampaikan tidak ada perang atas nama agama, yang ada adalah perang kepentingan, ekonomi, dan politik.
Sejalan dengan hal ini, teks agama kerap disalahpahami untuk memenuhi ambisi tersebut.
“Problematika kita saat ini adalah bagaimana merealisasikan wacana dan teori tentang perdamaian. Hal ini perlu diawalin dengan persaudaran internasional dan kerjasama seluruh bangsa,” jelas Syekh Dr. Muh. Abdul Karim.
Menurut dia, para tokoh agama turut berperan aktif merealisasikan kehidupan damai, toleran, dan harmoni, melalui program-program konkret. Sebagaimana yang telah Rasulullah contohkan dalam Piagam Madinah yang merupakan bukti bahwa Islam berorientasi untuk perdamaian dan persaudaraan kemanusiaan.
Dalam forum yang sama, Sekjen OKI, Husein Ibrahim Thaha juga menyampaikan Abu Dhabi Forum For Peace adalah bukti UEA berada di barisan terdepan untuk membangun perdamaian dunia.
“Forum ini sangat penting, karena dunia sedang mengalami krisis yang disebabkan situasi sosial-politik dan fenomena alam,” katanya.
“OKI melalui berbagai programnya mendukung semua pihak menghadapi radikalisme, islamopobhia, dan wacana kebencian dalam rangka mengembangkan hidup berdampingan secara damai,” lanjutnya.
Adapun delegasi Indonesia dari tokoh ormas yang hadir dalam acara tersebut yaitu Prof. Amani Lubis (MUI), Prof Syafiq Mughni (Muhamadiyah), Andy Hadiyanto (MUI), dan Ai Fatimah (MUI).
(Isyatami Aulia/Angga)