SURABAYA— Multaqa Duat yang dihadiri berbagai dai Jawa Timur dari berbagai ormas Islam berkomitmen untuk dakwah mempersatukan dan mencerahkan umat serta menghindarkan umat dari ajaran-ajaran yang mebawa kepada ektrimisme, radikalisme, dan intoleran.
Dalam Multaqa hasil kerjasa sama Majelis Ulama Indonesia dan MUI Provinsi Jawa Timur didukung Bank Indonesia di Surabaya, Kamis (8/9/2022) ini tercetus sembilan poin deklarasi sebagai berikut:
- Siap mendakwahkan Islam ala ahlissunnah wal jamaah
- Siap selalu berdakwah untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat untuk tegaknya izzul Islam wal Muslimin
- Siap berdakwah untuk merajut ukhuwwah Islamiyah, basyariyah, dan wathoniyah
- Siap selalu berdakwah dengan mengedepankan sikap toleransi baik dalam internal umat Islam, dengan pemeluk agama lain dan dengan umara
- Siap berdakwah untuk membangun kedewasaan umat dalam berpolitik, sehingga politik tidak menjadi sebab perpecahan umat dan perpecahan bangsa
- Siap berdakwah menolak segala bentuk ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme baik verbal maupun fisik yang dapat menjadi sumber perpecahan dan konflik di kalangan sesama anak bangsa
- Siap berperan aktif dalam memberikan inspirasi, membina, dan memberikan teladan bagi umat
- Siap bersinerji dengan semua lembaga baik negeri maupun swasta demi terciptakan dakwah yang menyejukkan, mengedepankan akhlakul karimah dan uswah hasanah dalam rangka terciptanya keamanan, kenyamanan dan kedamaian serta kesejukan
- Berkomitmen berdakwah dengan pedoman dakwah Islam dan siap mendapat arahan dan bimbingan Majelis Ulama Indonesia
Sementara itu, dalam paparannya, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwwah, KH M Cholil Nafis, menyatakan para aktivis dakwah dalam dakwahnya harus mengedepankan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
Dia mengingatkan para dai harus mampu menyampaikan ajaran Islam dengan bahasa yang mudah, bahkan hal yang sulitpun harus dapat dibahasakan dengan gaya bahasa yang mudah.
Menurut Kyai Cholil dai datang kepada umat bukan untuk manakut-nakuti apalagi membuat beban masalah keapada masyarakat, melainkan justru memberikan kemudahan dan masyarakat merasa terhibur.
“Dakwah harus memudahkan tetapi tidak memudah-mudahkan, dakwah menghibur tetapi bukan jadi hiburan yang tanpa makna,” dalam keterangannya kepada MUIdigital, Sabtu (10/9/2022).
Dia mengutip pernyataan Ketua Umum MUI KH MIftachul Akhyar bahwa dakwah itu mengajak bukan mengejek, dakwah itu merangkul bukan memukul, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, dan mencari solusi bukan mencari simpati.
Kyai Cholil juga menekankan para dai harus mejadi pemersatu umat di tengah banyaknya perbedaan. Indonesia yang sangat luas dan majemuk membutuhkan dai-dai yang mempersatukan umat dan bangsa bukan dai yang memecahbelah umat dan bangsa.