JAKARTA— Tantangan bangsa saat ini semakin kompleks ke depan dan di semua bidang, termasuk masalah digital.
Anggota Komisi 1 DPR RI, M Arwani Thomafi, menyatakan ruang digital saat ini dijadikan alat penipuan dan penyebaran hoax dengan persentase sebanyak 40 persen, media ujaran kebencian 27 persen, dan digital dijadikan diskriminasi sosial 30 persen.
“Hal itu mengakibatkan keadaban bangsa Indonesia dalam titik terendah se-Asia Pasifik hanya 76 poin dalam bermedsos,” kata sosok yang akrab disapa Gus Arwani ini dalam acara Kick Off Kongres Mujahid Digital dan Konsolidasi Nasional di Graha Mental Spiritual, Rabu (31/8/2022).
Namun, Gus Arwani masih berharap dan optimis terhadap nilai luhur kolektivisme yang terus hidup sebagai pandangan hidup bangsa, seperti gotong royong dan keguyuban.
Hal itu, kata dia, yang harus disuarakan secara masif di ruang digital. Misi mujahid digital harus selaras untuk membangun kembali keadaban dan kesatuan bangsa.
Gus Arwani mengingatkan urgensi persatuan digital. Saat ini, dakwah harus diarahkan untuk membangun keadaban dan kesatuan bangsa.
Menurutnya, persatuan bangsa sebagaimana tercantum dalam butir ketiga Pancasila harus juga ditafsirkan kekinian dengan persatuan digital.
“Jadi persatuan digital ini diharapkan mampu membangun keutuhan bangsa dengan sikap toleran,” kata dia.
Di samping itu, pihaknya juga berusaha mendorong produk legislasi bersama pemerintah dalam memperbaiki kedaban bangsa dewasa ini.
“Alhamdulillah kami bersama pemerintah juga sudah dalam tahap finalisasi RUU Perlindungan Data Diri. Semoga ini segera bisa disahkan,” ujarnya.
(A Fahrur Rozi, ed: Nashih)