JAKARTA — Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menyampaikan urgensi digitalisasi konten-konten dakwah Islam wasathiyah.
Hal ini disampaikannya dalam acara Halaqah Youtuber dan Influencer, menuju Kongres Mujahid Digital dan Konsolidasi Nasional Komisi Infokom MUI, yang mengusung tema “Transformasi Digital Islam Wasathiyah untuk Peradaban Global”, Rabu (31/8/2022) di gedung Graha Mental Spiritual, Jakarta.
Kiai Cholil mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi sudah bergeser menjadi media digital. Bermula dari tradisi media lisan, cetak, era first age media, second age media, dan terakhir era digital.
Orang Indonesia, kata dia, lebih banyak memegang handphone daripada media lainnya. Maka dari itu, kata Kiai Cholil, kita harus berimigrasi ke media digital.
“Kalau kita berimigrasi ke digital, pahalanya tidak terbatas, keikhlasannya juga lebih tinggi, karena kita ga tau berapa banyak orang yang menonton (konten itu), penontonnya pun tidak terbatas ruang dan waktu,” ujarnya.
Beliau juga mengatakan bahwa sekarang sudah banyak diskusi di media digital, bahkan latihan manasik haji pun dilakukan di media digital.
Meskipun demikian, Kiai Cholil menyampaikan bahwa kita tetap harus bijak dan berhati-hati dalam bermedia sosial. Terutama dalam menghadapi perbedaan, hatespeech ataupun konten-konten berbau ekstremisme.
“Kita ambil apa yang produktif, apa yang baik, kalo masalah khilafiyah ya biarin saja (tidak perlu terlalu diributkan),” imbuhnya.
Lebih lanjut, Kiai Cholil juga mengatakan bahwa dengan media sosial, kita bisa menyampaikan narasi yang positif dan narasi Islam wasathiyah. Karena menurutnya, narasi bisa mengubah persepsi orang, terutama kalangan muda.
“Yang penting kita bisa memberikan warna, mau dia (kelompok ekstrem) berubah atau tidak itu bukan urusan kita, tapi mungkin jawaban kita itu bisa memberikan pencerahan bagi pembaca yang lain,” pungkasnya.
(Shafira Amalia/Fakhruddin)