Ketua Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI, Muhammad Syauqillah, menyampaikan bahwa Jakarta merupakan target terorisme internasional. Indeks risiko teror menempatkan DKI Jakarta sebagai wilayah yang sangat rentan dan berisiko terhadap aksi terrorisme. Salah satu penyebab Jakarta menjadi episentrum gerakan terorisme karena posisinya sebagai ibu kota negara.
“DKI menjadi episentrum dari aksi yang ada. Kalau misalnya aksi terorisme di Banten dai Serang, orang dari mancanegara tidak akan melihat. Tempat lain selain Jakarta tidak memicu terdengar sampai ke Mancanegara, ” ujar Syauqi saat memberikan materi Ngaji Kebangsaaan “Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme”, Rabu (27/04) di Aula Walikota Jakarta Barat, Jakarta.
Syauqi melanjutkan, aksi terorisme yang terjadi di Jakarta bisa dipandang meruntuhkan legitimasi negara. Alasan inilah yang membuat Ngaji Kebangsaan diselenggarakan pertama kali di Jakarta dan dimulai dari Jakarta Barat.
Dia mengatakan, kajian tentang terorisme dimulai dari Jakarta Barat sebagai simbol bahwa program ini dimulai dari bawah. Menurutnya, yang paling berperan penting dalam menangkal radikalisme, eskremisme, dan terorisme di lapangan adalah lingkup kabupaten/provinsi. Mereka menjadi bagian yang paling dekat dan efisien dalam menghalau potensi terorisme.
“Energi yang sudah dimiliki MUI ini perlu kita sebarkan kepada jamaah dan umat. Banyak kotak amal hari ini yang bertebaran tanpa jelas pengurusnya siapa, aliran dananya ke mana. Sehingga penting untuk menyadarkan umat. Kami mungkin hanya bisa memberikan narasi, membangun wacana, namun yang bersentuhan langasung adalh teman-teman MUI di Provinsi maupun Kabupaten/Kota, ” ungkapnya. (Azhar)