JAKARTA— PBB menetapkan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Menangkal Islamofobia (International Day to Combat Islamofobia ). Hal ini disambut MUI dengan menggelar Webinar Internasional secara daring pada Rabu 30 Maret 2022 lalu.
Perwakilan dari Islamofobia Observatory Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Dr Dodik Ariyanto, dalam paparannya mengatakan bahwa penetapan 15 Maret sebagai International Day melawan Islamofobia titik awalnya adalah terorisme di New Zealand dengan korban 51 korban umat Islam yang sedang ibadah di masjid.
“Kejadian terorisme itu adalah tragedi sekaligus blessing in disguise, karena sejak itu seluruh mata dan telinga dunia mengarah ke sana,” kata Dodik.
OKI bahkan bertahun-tahun telah menyampaikan bahwa Islamofobia adalah masalah dunia. “Sepekan setelah kejadian New Zealand itu, OKI mengumpulkan 16 Menlu di Istanbul yang menghasilkan 20 poin rekomendasi guna menyikapi Islamofobia dan tindakan yang dilakukan sayap kanan. Di antaranya kami meminta kepada PBB dan organisasi internasional agar mengadopsi 15 Maret sebagai hari internasional melawan Islamofobia ,” lanjut Dodik.
Pada Juni 2020, kantor OKI di New York memfollow up kesepakatan di Istanbul. Sejak itu telah ada proposal dari berbagai negara OKI terkait Islamofobia . “Pada saat itu kita sepakat bahwa Pakistan dan Turki akan mengumpulkan usulan itu dan menyiapkan final paper,” lanjutnya.
Pada Juli, OKI menyampaikan kepada Majelis Umum PBB agar menjadikan 15 Maret sebagai Hari Internasional melawan Islamofobia . Pelajaran dari keberhasilan OKI ini adalah persatuan umat dan lobi yang gigih akan membawa keberhasilan.
Selain Dodik pembicaranya adalah KH Yahya Cholil Staquf (Ketua PBNU), KH. Embay Mulya Syarief (Ketua PB Mathla’ul Anwar), Dr Syafiq A Mughni (Ketua PP Muhammadiyah), Dr Imam Shamsi Ali (Imam New York), Dr Tiar Anwar Bachtiar (PP Persis). Kegiatan ini ditutup dengan mengeluarkan lima pernyataan bersama ormas Islam sikapi penetapan PBB 15 Maret sebagai Hari Internasional Tangkal Islamofobia. (Yanuardi Syukur, ed: Nashih)