JAKARTA – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa Prof. Dr. Hasanuddin AF merupakan sosok tawadhu yang memiliki keilmuan luas.
Pandangan ini disampaikan oleh ulama yang karib disapa Kiai Mif saat tausyiah “Tahlilan Malam III untuk Almarhum Prof. Dr. K.H. Hasanudin AF, pada Ahad (13/02) yang diselenggarakan secara hybrid.
“Saya mengenal beliau di tahun 2016 saat menjadi rombongan amirul haj. Beliau merupakan sosok yang tawadhu meskipun bergelar Profesor Doktor. Beliau juga orang yang tekun dan lebih banyak bergerak di belakang layar, khususnya selama di MUI sebagai Ketua Komisi Fatwa,” tutur Kiai Mif.
Menurut Kiai Mif, Komisi Fatwa merupakan Komisi kebanggaan MUI. Ia mengatakan bahwa banyak produk yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa diakui oleh dunia. Reputasi yang dicapai MUI selama ini tentu atas kerja keras dan kontribusi dari Prof. Hasanuddin.
“Beliau minassholihin sebagai generasi terbaik yang telah mendahuui kita. Berbahagialah almarhum dengan karya nyata dan amal sholeh yang telah ditinggalkannya,” kata Ulama yang juga menjabat sebagai Rais Aam PBNU.
Kiai Mif menjelaskan, kematian adalah suatu keniscayaan dan sesuatu yang pasti. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian namun tidak tahu kapan ia akan datang.
Ia menjelaskan, kematian merupakan perpindahan dari satu proses ke proses yang lain. Oleh sebab itu, pada hakikatnya manusia adalah ciptaan Allah yang abadi.
Adapun proses di alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh hingga alam akhirat adalah proses menuju keabadian. Karenanya salah satu bukti seseorang yang cinta pada Allah maka dia harus melalui proses kematian tersebut.
Sebagai mana dalam surah al-Mulk ayat 2, Allah berfirman:
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,”
“Kata al-maut lebih dahulu disebutkan dari al-hayat, menunjukan sesuatu yang disebut lebih dahulu memiliki keistimewaan dan menyenangkan. Hal ini tentu bagi yang menyadari untuk apa mereka diciptakan dan mau kemana mereka pada akhirnya,” jelas Kiai Mif.
“Kita merupakan makhluk proyeksi akhirat maka kematian adalah keniscayaan yang harus kita lalui dan cintai,” tambahnya.
Kiai Mif juga menyampaikan belasungkawa. Pengasuh Ponpes Miftcahussunnah Surabaya, Jawa Timur ini juga mendoakan keluarga yang ditinggalkan agar dianugerahkan ketabahan dan kesabaran.
Dengan kesabaran menghadapi musibah kematian itu, pihak keluara akan mampu melanjutkan kebaikan-kebaikan yg telah dilakukan oleh Prof. Hasanuddin sekaligus menjadi uswah bagi umat muslim.
Ketum MUI berharap semoga lahir kembali kader-kader penerus seperti almarhum yang dapat mengikuti jejaknya dan mampu mengisi kemanfaatan dan kemaslahatan di dunia akhirat. (Isyatami Aulia/Angga)