Bagi seorang Muslim toleransi merupakan sikap yang mulia, karena pada dasarnya sikap toleransi merupakan wujud dari nilai-nilai keislaman yaitu saling menghormati dan menghargai perbedaan, baik antarindividu maupun kelompok. Untuk menghadirkan perdamaian dalam keberagaman.
Adapun dalam negara Indonesia yang mempunyai latar belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakian, suku, ras, hingga warna kulit.
Apabila warga negara Indonesia yang mayoritas Muslim tidak memiliki sikap toleransi, maka akan ada konflik dan perpecahan antar individu maupun kelompok.Toleransi bukan sekadar esensi agama Islam, melainkan lebih dari itu yakni melindungi hubungan antarumat beragama.
Dalam agama Islam, toleransi dianalogikan sebagai baju yang dapat dilipat dan dibawa kemana-mana, sedangkan agama Islam dianalogikan sebagai lemari yang tidak dapat dilipat dan dibawa kemana-mana secara sembarangan.
Maknanya ialah toleransi bukan berarti pemeluk agama Budha mengikuti sholat wajib di masjid dan umat Islam beribadah di kuil-kuil. Akan tetapi setiap umat beragama silakan beribadah sesuai keyakinan dan tempat ibadahnya karena toleransi bukan mencampurkan adukkan keyakinan.
Dapat kita ketahui bahwa sikap toleransi (tasamuh) merupakan ajaran yang bersumber dari Alquran dan sunnah Rasulullah ﷺuntuk saling menghargai berbagai macam perbedaan yang ada. Allah ﷻ berfirman dalam QS Yunus (10) : 40-41
َوَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ ۚ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ . وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ ۖ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Alquran), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad) maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.
Buya Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar, menafsirkan ayat tersebut yakni umat Muslim secara muamalah, masih diperbolehkan berinteraksi dengan mereka.
Namun dalam masalah aqidah, tak boleh ada kerja sama. Dalam masalah ibadah, tak boleh ada kerja sama. Dan atas kejahatan dan kerusakan yang mereka perbuat, kaum Muslimin harus berlepas diri dari mereka. Meskipun mereka mendustakan Rasulullah ﷺ, Allah ﷻ tidak memerintahkan memusuhi mereka dengan kekerasan. Allahﷻhanya memerintahkan berlepas diri dari apa yang mereka kerjakan. Maka dengan kedamaian Islam seperti ini, banyak di antara orang-orang musyrikin Makkah yang kemudian satu per satu masuk Islam.
Terdapat banyak sekali hadits Nabi terkait sikap tasamuh, diantaranya hadits riwayat Bukhari, yang berbunyi :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ
Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ: “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?, maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).
Adapun dalam hadits tersebut Rasulullah ﷺ menjawab pertanyaan dari Ibnu ‘Abbas bahwa agama yang dicintai Allah ﷻ ialah agama yang lurus lagi toleran, bukan agama yang mengajarkan kepada sikap yang tidak menghargai dan mencela perbedaan.
Bagaimana tata cara untuk menjadi Muslim yang menjunjung tinggi nilai toleransi (tasamuh)?
Pertama, saling menghormati antaragama dengan tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah sesuai agama dan keyakinannya. Kedua, tidak berkata buruk, mengejek, dan menghina orang lain baik yang sama suku dan agamanya ataupun berbeda. Ketiga, saling menghargai antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin dengan tidak sewenang-wenang memperlakukan orang lain.
Dengan adanya tata cara tersebut, insya Allah toleransi tidak hanya menjadi ucapan, tetapi akan menjadi tindakan yang dilakukan oleh seorang Muslim. Sehingga secara langsung ataupun tidak langsung umat-umat beragama lainnya merasakan Islam hadir sebagai rahmatan lil ‘alamin. (Abi Rachman A.P/ Nashih).