JAKARTA – Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU-MUI) akan mengadakan acara 4 tahunan yaitu Kongres Ekonomi Umat II. Rencananya, kegiatan tersebut akan diselenggarakan pada 10-12 Desember 2021, di Hotel Sultan, Jakarta.
Ketua penyelenggara Kongres Ekonomi Umat II, Andi Djuwaeli mengatakan bahwa Kongres Ekonomi Umat merupakan ijtihad para ulama terhadap ekonomi umat. Menurutnya, ulama tidak hanya sekadar mengurusi fatwa dan masalah halal.
“Harapakan kami dengan ulama bergerak ini, semua stakeholder merasa ikut menggerakan ekonomi umat. Karena kalau bicara soal perut, lapar, itu bisa jadi sesuatu hal yang bagaimana kemiskinan ini jadi kerukunan,” ujarnya, dikutip MUIDigital, Rabu (24/11).
Dia menambahkan, ulama tidak hanya memberikan nasihat, tetapi bisa membangkitkan umat terutama dalam hal ekonomi. Dengan demikian akan mencegah terjadinya masalah sosial yang luar biasa.
Dijelaskan Andi, kondisi pandemi Covid-19 masih menerpa Indonesia yang belum tahu kapan wabah ini berakhir.
“Pandemi ini juga bukan soal bencana, tentu kita paham dan belum tau berakhir kapanya. Tetapi kalau kita hanya menunggu saja tidak aksi, efeknya tentu yang luar biasa kepada ekonomi umat kita,” paparnya.
Untuk itu, dalam Kongres Ekonomi Umat II ini, Andi Djuwaeli mengungkapkan, akan dihadiri secara offline oleh 11 tokoh besar dan 250 peserta. Dijelaskan Andi, mereka yang hadir akan merumuskan, memberikan saran dan masukan, serta kritikan terhadap kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Lebih lanjut, Andi mengatakan seperti kongres sebelumnya, hasil dari rumusan itu akan disampaikan sebagai solusi pada pemerintah.
“Karena bagaimana pun hari ini juga pemerintah juga berkembangnya suatu bangsa dan negara, kuatnya pemerintah dan pakarnya pemerintah, dalam hal ini adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebagai khadimul ummah,” tambahnya.
Dia menyebut, sejumlah tokoh yang hadir seperti Jusuf Kalla, Chairul Tanjung, serta Asosiasi kelembagaan dan Filantropi, seperti Kadin, Aksi Cepat Tanggap, Baznas, dan BWI.
Menurut kajian pihaknya, masalah ekonomi akibat pandemi harus diselesaikan dengan ekonomi Islam.
Andi kemudian menyebutkan bahwa dalam rangka menguatkan ekonomi umat tentu harus dikaitkan dengan UMKM. Krisis 1998, adalah salah satu bukti UMKM bisa menjadi jalan keselamatan ekonomi negara.
“Tapi hari ini, 65 juta, mungkin yang bertahan hanya 25-30 persen, ulama merasa bagaimana menggerakan ini semua. Jadi soal pandemi kita ikhtiar bagaimana menyelesaikan pandemi, tapi soal ekonomi jangan sampai tidak selesai. Sebab kalau tidak kita selesaikan akan menjadi bahaya,’’ungkapnya.
Andi menuturkan, Kegiatan Kongres Ekonomi Umat II tidak seperti kongres Ekonomi Umat pertama pada 2017.
Kali ini, tambah Andi, kehadiran peserta kongres secara offline di Hotel Sultan Jakarta akan dipangkas. Pihak MUI menerapkan hal itu untuk menghindari munculnya klaster Covid-19.
Meski begitu, Andi menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan segala infrastruktur untuk kesuksesan kegiatan ini terutama dalam hal digital.
“Bagaimana semua MUI tingkat Kab/Kota bisa ikut, mereka pake zoom metting atau youtube, ataupun Medsos yang kita siapkan. Infrastruktur MUI sudah siap, jadi ini kebanggaan bagi kita bawasannya MUI tidak ketinggalan (teknologi),” pungkasnya. (Sadam Al Ghifary/Angga)