SURABAYA– Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftachul Akhyar, menyampaikan pentingnya menyebarluaskan Islam washatiyah di media sosial dalam merespons bonus demografi. Jika tidak, maka ruang medsos akan dibanjiri konten-konten hoaks, kebencian dan hasutan.
“Kebatilan yang teroganisasi akan mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisasi,” terangnya saat memberikan sambutan dalam Workhsop Konten Kreatif MUI-lenial di Hotel Novotel Surabaya, Kamis (18/11).
Pengarusutamaan Islam wasathiyah ini, ujar Kiai Miftach, sangat penting dalam menghadapi bonus demografi mulai 2030. Bonus demografi adalah jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-60 tahun jauh lebih banyak dibanding usia non-produktif.
Kehadiran bonus demografi itu, jika disikapi dengan tepat, maka Indonesia bisa masuk negara maju dan sejahtera. Untuk menyiasati itu, maka pengembangan Islam wasathiyah, Islam yang tidak ekstrem, sangat dibutuhkan.
“Itu artinya saat bonus demografi mencapai puncaknya, penduduk Indonesia banyak yang sejahtera,” terangnya dalam workshop kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI bersama MUI ini.
“Untuk itu kepada semua pihak mari segera menyiapkan generasi penerus bangsa dengan kecerdasan spiritual. Hal itu penting agar bonus demografi sesuai dengan harapan nantinya,” imbuhnya.
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut menyampaikan, Islam wasathiyah mampu memberikan motivasi kepada muslim agar menjadi pemenang dan tangguh menjalani kehidupan.
Menurut Kiai Miftach, Islam wasathiyah perannya sangat penting untuk merespon perkembangan pandangan Islam yang ekstrem. Tidak hanya ekstrem kanan yang mengarah ke radikalisme agama, juga ekstrem kiri yang mengarah pada liberalisme.
“Apabila Islam wasathiyah ini diterapkan, maka yang muncul adalah dakwah yang mendidik bukan menghardik, dakwah yang merangkul bukan memukul, dakwah yang membina bukan menghina,” ungkapnya.
Kiai Miftach mengingatkan, media sosial kini telah mengubah hidup manusia. Medsos punya pengaruh besar pada masalah yang ma’ruf maupun yang mungkar.
“Melalu workshop ini, diharapkan menambah kesempurnaan syiar agama Islam khususnya di media sosial yang mengedepankan akhlakul karimah,” ujarnya. (Infokom MUI/ Azhar)