JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) rutin mengadakan Forum Ijtima Ulama selama tiga tahun sekali. Pada pelaksanaannya yang ke-VII tepat tahun ini, MUI dengan Komisi Fatwa akan menggelar forum serupa pada Selasa (9/11) sampai Kamis (11/11) di Hotel Sultan, Jakarta.
Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin yang turut membuka acara Ijtima Ulama ketujuh tersebut menyebut forum itu memiliki nilai strategis.
Ia menilai, bobot materi pembahasan dan keputusan dari forum tersebut sangat penting dan berdampak luas karena melibatkan banyak elemen keislaman.
Kiai Ma’ruf Amin menjelaskan, letak strategisnya dari Ijtima Ulama MUI ini karena materi yang dibahas adalah masalah penting yang melibatkan Komisi Fatwa se-Indonesia.
Bahkan, Kata mantan Ketum MUI ini, lembaga fatwa dari berbagai Ormas Islam juga dilibatkan untuk mencari solusi fikih atas berbagai masalah fikih kontemporer.
Keterlibatan lembaga fatwa se-Indonesia dalam forum ijtima’ ini penting karena keputusannya akan berdampak luas, sehingga keterlibatan berbagai lembaga fatwa tersebut akan menambah bobot dan legitimasi dari putusan yang ditetapkan,” ucap Kiai Ma’ruf pada forum bertemakakan “Optimalisasi Fatwa untuk Kemaslahatan Bangsa” itu.
Kiai Ma’ruf yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu berpendapat, pokok-pokok pembahasan pada Ijtima Ulama kali ini tidak jauh berbeda saat ia menjadi Ketua Komisi Fatwa MUI.
Dikatakan mantan Rois Aam PBNU ini, forum Ijtima Ulama kali ini membahas tiga masalah utama, yang pertama adalah permasalahan strategis kebangsaan (masail asasiyah wathaniyah).
Yang kedua adalah permasalahan keagamaan kontemporer (masail diniyah waqi’iyah). Lalu yang ketiga adalah permasalahan terkait peraturan perundang-undangan (masail qanuniyah).
“Rincian dari permasalahan yang dibahas di masing-masing gatra tersebut dalam Ijtima Ulama tahun ini merupakan berbagai permasalahan yang memiliki urgensi dan relevansi dengan situasi yang dihadapi oleh umat dan bangsa saat ini,” ujar Kiai yang saat ini menjabat Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Menurut Kiai kelahiran Tangerang itu, selain agenda penting, ketiganya memiliki keterkaitan dengan program yang saat ini dijalankan pemerintah.
Ia mencontohkan beberapa agenda pemerintah yakni: upaya penanggulangan pandemi Covid-19 beserta dampaknya, pengentasan kemiskinan dan penguatan ekonomi syariah.
Selain itu, upaya penguatan kerukunan nasional khususnya kerukunan umat beragama, dan lain sebagainya.
Pada kesempatan yang sama, Kiai Ma’ruf turut menyampaikan terima kasih kepada para peserta Ijtima Ulama. Sebab, forum tersebut telah berdedikasi dalam mencari jalan keluar keagamaan (makharij diniyah) terhadap permasalahan yang tengah dihadapi (isykalaatil waaqi’iyyah).
Ia juga mengajak para ulama untuk berperan lebih. Salah satu peran lebihnya, tambah Kiai Ma’ruf, dengan cara bekerja sama dengan pemerintah lewat suksesi agenda nasional.
“Dalam kesempatan yang baik ini, saya juga ingin mengajak para ulama agar berperan lebih besar bersama Pemerintah dalam menyukseskan berbagai agenda nasional untuk kemaslahatan bangsa dan Negara,” jelasnya.
Acara tersebut berlangsung selama tiga hari, dimulai dengan pembukaan pada Selasa (9/11) pagi, dan akan berakhir pada Kamis (11/11) nanti. (Dimas Fakhri Br/Angga)