JAKARTA – Perekonomian Indonesia mulai mengalami pertumbuhan positif akibat pandemi Covid-19. Kondisi menggeliatnya ekonomi nasional itu patut disyukuri.
Demikian disampaikan Peneliti Eksekutif Anggota Satgas Pengembangan Keuangan Syariah dan Ekosistem UMKM Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Setiawan Budi Utomo dalam Webinar KPE MUI yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kamis pagi (21/10).
Webinar itu bertemakan Ekonomi Syariah dan Literasi Digital di Era Pandemi untuk mendorong kebangkitan Ekonomi di Bangka Belitung.
“Kita bersyukur pada Allah SWT bahwa kita bangsa yang dirahmati dan dikasihi Allah SWT, sehingga nampak pertumbuhan ekonomi di masyarakat mulai terlihat kembali menuju normal,” ujarnya.
Dijelaskan Setiawan, di tengah pandemi Covid-19 ini tidak hanya membawa masalah di bidang kesehatan dan sosial, melainkan masalah ekonomi yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan.
Dia mengungkapkan, saat ini konsumsi dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, serta ekspor dan impor menunjukan grafik yang positif.
“Ini tidak direkayasa dan fakta, kita wajib syukuri bersama, dan meningkatkan optimisme bagaimana kita bisa bangkit dari dampak covid-19,” tambahnya.
Setiawan juga mengungkapkan bahwa potensi ekonomi halal di Indonesia menurut data Global State of Islamic Economy Report 2020/2021 sangat besar yaitu Rp 4.375 triliun.
“Terdiri dari makanan dan minuman halal Rp 2.088 triliun, pariwisata muslim Rp 162 triliun, fashion muslim Rp 232 triliun, kosmetik halal RP 58 triliun, media dan rekreasi halal Rp 319 triliun, asset keuangan syariah Rp 1.438 trilun,” demikian penjelasan Setiawan.
Melihat data pertumbuhan PDB Lapangan usaha menunjukan, berbagai sektor mengalami peningkatan seperti transportasi 25,10 persen, akomodasi dan makanan 21,58 persen. Selain itu, dia menuturkan sisi perbankan Syariah menunjukan residensi yang juga positif.
“Aset perbankan Syariah naik 15,4 persen Mei 2021, industri perbankan Syariah asetnya tumbuh menjadi RP 613 triliun, (serta) Kredit pembiayaan ini 7,32 persen dengan total pembiayaan Rp 401 triliun,” paparnya.
Menurutnya, perbankan nasional pun mengalami peningkatan yang cukup positif. Namun demikian, yang membuatnya bersyukur dan bahagia, perbankan syariah mengalami peningkatan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito.
Selain itu, dia mengulas data mengenai aset perbankan syariah yang saat ini memiliki 12 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS), 163 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), 6.260 tenaga kerja, dan 3.044 outlet network.
Meski begitu, dia mengungkapkan bahwa market share perbankan syariah hanya 6,5 persen. Menurutnya, ada dua tantangan dalam mengembangkan perbankan syariah yaitu, daya saing dan jaringan jangkauan.
“Total penduduk 270.2 juta, outlet perbankan nasional 30.733 sedangkan outlet perbankan syariah hanya 2.426, artinya share outlet perbankan syariah terhadap perbankan nasional 7,2 persen saja,” pungkasnya. (Sadam Al Ghifary-Angga)