JAKARTA – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Republik Indonesia , KH Zainut Tauhid Sa’adi menyebutkan empat tantangan besar umat beragama di Indonesia pada era disrupsi ini.
“Pandangan saya ada 4 tantangan besar era trasnformasi digital ini dalam konteks kehidupan kebangsaan,” ujarnya di Hotel Pasifik, Jakarta, Senin (27/9).
Kiai Zainut memaparkan tantangan-tantangan tersebut. Pertama, mengenai bonus demografi di negeri ini 10 tahun kedepan, era digital membuat banyak anak muda mempelajari pengetahuan lewat internet dan media sosial.
Padahal, kata kiai Zainut, sejarah bangsa Indonesia sudah menunjukkan bahwa tokoh agama telah banyak menanamkan nilai persaudaraan, kemanusian, dan kebangsaan.
“Proses Panjang dialog yang dilakukan tokoh agama berjalan begitu naural,” tambahnya.
Kedua, tantangan skala global; menurutnya, kita sedang masuk pada isu-isu tantangan global dan penguatan identitas kelompok keagamaan dan ekslusivisme beragama.
Ketiga, tantangan di era disrupsi ini membuat manusia menghadapi permasalahan eksistensial, nilai-nilai transdedental dan tradisional yang sekarang ini memudar.
Menurutnya, akibat dari gejala sosial ini, manusia terkungkung oleh kencangnya percepatan teknologi yang membuat berubahnya makna-makna.
Keempat, tantangan di era postruth. Tantangan di era subjektif adalah pembentukan opini publik. Terlebih lagi kecenderungan masyarakat yang menyukai berita-berita negatif.
Apalagi, kata Wamenag, saat ini banyak masyarakat cenderung langsung percaya isi konten berita tanpa melakukkan tabayyun (klarifikasi) dan verifikasi.
“Hal tersebut berkontribusi pada maraknya hoax dan ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama yangberpotensi menimbukkan konflik horizontal,” jelasnya.
Kiai Zainut menambahkan, pada tantangan ini, agama harus hadir dan menjawab agar mengisi kembali nilai-nilai kemanusian dan keagamaan yang terancam oleh teknologi dan zaman.
“Untuk menghadirkan kembali nilai-nilai agama yang moderat,” pungkasnya. (Sadam Al-Ghifari/Angga)