BOGOR— Komisi Ukhuwah dan Lembaga Keagamaan MUI kabupaten Bogor dan Panitia PKU XVI MUI Kabupaten Bogor menggelar seminar luring dan daring bertemakan ‘Jejaring Ulama Jawa Barat: Sanad Kelimuan, Nilai Juang, dan Semangat Ukhuwah Islamiyah’ pada Sabtu, 29 Agustus 2021.
Webinar yang dipandu Ustadz Fuad Hasan, MA dan filolog Islam, Dr Ahmad Ginanjar Sya’ban sebagai pembicara utama ini membahas pentingnya sanad keilmuan bagi pelajar atau pencari ilmu.
Sekretaris Umum MUI Kabupaten Bogor, H Irfan Awaluddin, SThI, MSi atau Gus Irfan, menekankan pentingnya silsilah atau sanad kelimuan yang ada di Jawa Barat agar diketahui para ulama, ustadz, dan juga pelajar.
Dalam sambutannya, Gus Irfan mengutip pernyataan salah satu pentolan generasi salaf tabiin, Abdullah ibn al-Mubarak sebagai berikut:
الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ “Isnad adalah urusan agama. Kalau urusan isnad tidak diperhatikan, maka setiap orang bisa bicara apa saja sekehendak hatinya.”
“Atas dasar itulah pentingnya kenapa kita bersanad, baik sanad (kami mengklasifikasikannya) epistemologi/keilmuan, sanad harakah (pergerakan), sanad biologi atau keturunan, dan sanad tsaqafah (wawasan),” kata Gus Irfan.
Dia mengaku, kendati literatur-literatur tentang ulama Jawa Barat masa lalu masih terbilang minim, namun upaya berburu naskah terus dilakukan para filolog untuk dipelajari baik naskah yang masih disimpan di keluarga maupun di berbagai perpustakaan kampus dalam dan luar negeri.
Tema sanad keilmuan, kata dia, menjadi bahasan beberapa kali di majalah Kalam Ulama. Oleh karenanya, webinar kali amat sangat menarik dan akan menjadi rujukan serta motivasi MUI Kabupaten Bogor dalam mengupas ihawal sanad keilmuan ulama-ulama di Bogor yang masih belum banyak diketahui oleh khalayak umum.
“Di Bogor ada ulama, mahagurunya para ulama. Namanya Syekh Mukhtar. Konon KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan merupakan muridnya. Ulama ini berasal dari keturunan Sukaraja, hijrah ke Makkah dan meninggal di sana. Muridnya sekitar 400 orang di Masjidil Haram,” paparnya.
Sementara, Ketua MUI Kabupaten Bogor hadir sebagai pembicara kunci (Keynote Speaker) KH Dr Ahmad Mukri Aji, MA, MH menyampaikan, ilmu sanad adalah ilmu langka, oleh karenanya beliau menganggap bahwa ilmu ini penting bagi para kiai, asatidz dan pimpinan pondok pesantren.
Selain itu, Kyai asal Parung ini menyampaikan, pentingnya belajar dari keikhlasan para kyai masa lalu. “Sikap ikhlas para ulama membuat murid muridnya, cucu cucunya mendapatkan keberkahan,” ungkap Kyai Mukri.
Beliau juga menyampaikan, dalam waktu dekat akan dibuat museum ulama Bogor yang berisi tentang biografi ulama-ulama Bogor, termasuk karya-karyanya, makam, dan kondisi pesantrennya.
“Untuk itu diminta semua MUI kecamatan se-kabupaten Bogor untuk mendata ulama ulama di wilayahnya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,” lanjutnya.
Sementara itu, Pembicara utama, Dr Ahmad Ginajar Sya’ban mengungkapkan, pentingnya ilmu sanad yang sering diabaikan banyak orang. Padahal, kata dia, keberadaan ilmu ini penting seiring dengan ditinggalkannya ilmu.
“Ini berakibat pada musibah kegalauan identitas. Ibarat pohon, tumbuhnya kurang maksimal, buahnya kurang maksimal dan mudah tumbang karena tidak berakar kuat,” tegasnya.
Oleh karenanya, dia mengaku, mengetahui sanad keilmuan ulama-ulama di Jawa Barat ini sangat dibutuhkan agar sejarah dan ilmu-ilmu pada ulama tidak terputus. “Dalam tradisi kelimuan Timur Tengah, selalu lahir dalam satu abad seorang yang menyusun biografi ulama, sejarah, karya, dan thabaqat guru guru,” ujar alumni Universitas Al-Azhar Mesir ini. (Irfan/Nashih)