JAKARTA — Acara pengajian umum dan istighosah kubra virtual kembali digelar oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mengusung tema Sejukkan Hati di Tengah Pandemi pada Minggu, (1/8).
Acara Istighosah ini penting dilakukan mengingatkan bahwa banyak masyarakat yang membutuhkan dukungan, tidak hanya secara materi namun juga dari aspek batiniah.
Acara pengajian dan istighosah kubra ini turut mengundang para ulama dan pengurus MUI.
Salah satu ulama yang diundang adalah pembicara kondang yang terkenal dengan humornya, yakni Dr. KH. Jujun Junaedi.
Penceramah asal Garut, Jawa Barat ini memberikan tausiyahnya mengenai makna yang sebenarnya dari menyejukkan hati di kala pandemi.
“Saya hanya ingin menggarisbawahi inti acara ini, sejukkan hati di tengah pandemi. Tahukan para hadirin kenapa bahasa yang dipilih adalah sejukkan hati?” tanya Kiai Jujun pada para hadirin.
“Karena hati adalah raja, hati merupakan kesatuan dari saraf sensoris. Itulah mengapa jika hati kita tidak dalam keadaan baik, maka otomatis rusaklah semuanya,” lanjut Kiai Jujun.
Kiai Jujun menjelaskan, pada situasi yang sulit saat ini, kunci menyejukkan hati hanya dengan dzikir. Kata Kiai Jujun, dzikir adalah proses pendekatan spiritual pada Allah yang akan membuat hati menjadi tenang.
Ia menuturkan, jika ada seseorang sudah berdzikir tapi masih merasa resah dan gelisah, maka dzikirnya wajib dipertanyakan.
“Orang-orang merasa resah di situasi yang seperti ini, terutama bagi mereka yang terkena Covid-19. Kenapa demikian? Karena orang yang terkena, biasanya yang diingat adalah penyakitnya bukan Allah,” tutur Da’i yang juga dosen IAIN Bandung ini.
Kiai Jujun mengingatkan kepada seluruh umat akan berbahaya jika yang diingat saat sakit justru hanya penyakit atau takut pada kematian.
Nasihat Kiai Jujun, apabila manusia dikuasai oleh rasa takutnya, maka pada saat itu setan akan masuk ke pikiran manusia. Setan itu, tambah Kiai Jujun akan bahagia karena berhasil menjadi teman karibnya (menghasutnya).
Dalam Surat Az zukhruf ayat 36 dijelaskan bahwa:
وَمَنْ يَّعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهٗ شَيْطٰنًا فَهُوَ لَهٗ قَرِيْنٌ
“Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.”
Kembali Kiai Jujun menekankan bahwa solusi mengatasi kegalauan hati karena pandemi adalah memperbanyak dzikir pada Allah.
Kiai Jujun pun menceritakan bahwa Syaikh Abdul Qodir Jaelani pernah berkata, dzikir yang bagus adalah dzikir yang ditalqinkan (memahamkan secara lisan) dalam hati manusia.
Kiai Jujun mengingatkan, tidak berfaidah dzikir bila tidak ditalqinkan.
“Bila berdzikir tapi hati masih merasa gersang dan gelisah, maka dzikrullah itu harus ditalqinkan pada ruh kita. Sehingga melekat pada jiwa, raga, darah kita,” urai Kiai Jujun.
“Talqinkanlah dzikrullah itu ke ruh kita. Bagaimana kita mengingat Allah, dzikir yang ditanam ruh rohani kita sehingga dzikir itu meresap dalam jiwa kita,” ujar Kiai Jujun.
Kiai Jujun mengatakan bahwa dahulu manusia di alam arwah sudah berjanji akan senantiasa mengingat Allah, namun melupakannya.
Menurut Kiai Jujun, talqin berfungsi untuk mengingat kembali hal tersebut, maka ia berpesan agar umat Muslim sering bertalqin untuk memenuhi hak tubuhnya.
Cara itu kata Kiai Jujun penting karena tidak hanya sebagai ikhtiar untuk menghindari marabahaya virus tapi juga dari kejahatan syaithan yang menggoda manusia.
“Sepertiga malam terakhir juga bangunlah, hadapkan badanmu pada Allah. Ceklah hati kita, pandemi ini sejukkan dengan dzikrullah insyaAllah orang yg berdzikir pada Allah terlindung dari virus ini. Adapun bila yang sudah berdzikir tapi masih kena, maka akan bebas dari berbagai mudhorot (berbagai keresahan),” ujarnya.
Kiai Jujun juga berpesan bahwa di tengah pandemi Covid-19, seluruh umat manusia untuk saling tolong menolong.
Bagi mereka yang memiliki kelebihan harta, Kiai Jujun berpesan untuk jangan pelit berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Sebab. Kata Kiai Jujun harta manusia tidak akan dibawa sampai ajal menjemput.
Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah, sebab kelak akan datang kepada kalian suatu zaman yang seseorang berjalan keliling membawa sedekahnya tetapi ia tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya. Kemudian ada seseorang yang berkata: Seandainya engkau datang membawanya kemarin pasti aku akan menerimanya. Adapun hari ini, aku tidak lagi membutuhkannya.” (HR.Bukhari)
“Jadi pesan saya, tidak ada penyejuk buat hati di masa pandemi ini, kecuali dzikrullah. Lalu berbagilah harta kalian pada yang membutuhkan. InsyaAllah bila kedua hal ini kita kerjakan, maka kita akan menjadi manusia yang beruntung,” pungkas pendiri Ponpes Al-Jauhari Garut ini. (Hurryyati Aliyah/Angga)