SURABAYA— Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur melaksanakan Webinar Tasyawur Ilmu dan Agama bertema “Vaksinasi: Antara Kebutuhan Media dan Kewajiban Agama,” Senin (01/03) malam secara virtual.
Diskusi tersebut dibuka Wakil Ketua Umum MUI Jatim KH Abdul Halim Soebahar dan diberikan sambutan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dokter Joni Wahyuhadi yang mewakili Gubernur Jatim.
Pembicara dalam diskusi ini adalah Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim KH Ma’ruf Khozin dan Ketua Badan Kesehatan MUI Jawa Timur Prof dr Djoko Susilo. Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Jatim Prof Muhammad Noor Harisuddin bertindak sebagai moderator.
Saat membuka acara, KH Abdul Halim Soebahar mengatakan, kehalalan dan kesucian vaksin Covid-19 yang saat ini digunakan tidak perlu diragukan lagi. MUI yang di dalamnya tidak hanya terdiri dari ulama, namun juga zuama, dan cendekiawan, telah mengkaji kehalalan dan kesucian vaksin Covid-19 ini. MUI, kata dia, bahkan telah pula mendatangi langsung pabriknya di China dan Bandung.
“Karena Vaksin ini sudah dilakukan kajian dari segi kesehatan dan agama, mari kita bekerja sama terus fokus melakukan sosialisasi,” ungkapnya secara virtual dalam kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia mengajak tokoh agama yang tergabung di MUI terus melakukan pencerahan kepada masyarakat sehingga masyarakat termotivasi untuk berpartisipasi vaksinasi. Menurutnya, sudah saatnya Jawa Timur kembali bangkit dengan vaksinasi ini. Jika itu berhasil, akan mendorong keberhasilan vaksinasi di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim, Prof dr Djoko Santoso, mengungkapkan kesuksesan vaksinasi ini akan sangat bergantung pada kerjasama dan fokus. Survei dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa ada beberapa kelompok yang menolak vaksin dengan berbagai alasan. Sebanyak 8 persen di antara mereka karena alasan agama, 13 persen karena tidak percaya vaksin itu sendiri, dan sekitar 30 persen karena alasan keamanan, serta sisanya karena alasan lain.
“Kita harus bekerjasama yang kuat dan fokus, ini satu hal yang tidak boleh tidak kita kerjasakan dalam rangka mengegolkan vaksinasi khususnya di Jawa Timur. Ketika para ilmuan dan ahli tekhnologi sudah bekerja keras menghadirkan vaksin yang mestinya perlu sepuluh tahun menjadi setahun, maka harus kita upayakan peluang sedemikian baiknya dengan teamwork dan fokus,” imbuh dokter ahli ginjal ini. (Azhar/ Nashih)