JAKARTA— Sejumlah kegiatan digelar menjelang Musyawarah Nasional (Munas) X Majelis Ulama Indonesia (MUI). Agenda-agend tersebut dihelat komisi-komisi di lingkungan MUI Pusat.
Pada Selasa (24/11), H-1 menjelang munas, Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom MUI) mengadaka focus group discussion (FGD) dengan tema “MUI, Disrupsi Infokom, dan Peran Khadimul Ummah” di Hotel Millenium Jakarta Pusat. Kegiatan tersebut diikuti seluruh anggota dan pengurus Komisi Infokom MUI Pusat dan sebagian delegasi daerah, secara online via zoom.
Ketua Panitia Pelaksana FGD Komisi Infokom MUI, Mabroer MS, mengatakan selain untuk forum silaturahim antarpengurus di akhir masa bakti menjelang munas, FGD ini juga dilakukan untuk upaya pengayaan perbincangan publik, dan pengembangan bidang Infokom ke depannya.
Dia menjelaskan kegiatan ini menghadirkan KH Masduki Baidlowi selaku Ketua Bidang Infokom MUI, dan Asrori S Karni Ketua Komisi Infokom MUI, yang sekaligus juga menjadi narasumber dalam kegiatan FGD nanti.
Mabroer mengatakan dalam kegiatan FGD ini, juga akan diisi kegiatan pembedahan makna radikalisme, Islamofobia, dan tantangan tren radikal terorisme di era media digital dalam rangkaian acara bedah buku “Radikalisme” karya Dr Amirsyah Tambunan. Wakil Sekretaris Jenderal MUI.
Sementara itu, terselenggara pula Diklat Nasional Kristologi gelombang ke tiga, di Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat oleh Komisi Dakwah Khusus (KDK-MUI).
Dalam Diklat tersebut, Ketua KDK MUI Pusat, Ustadz Abu Deedat Syihab menyampaikan materi tentang menyingkap modus-modus pemurtadan. “Ini harus diwaspadai oleh kita sebagai umat Islam. Ada modus modus pemurtadan,” kata Ustadz Abu Deedat, Ahad (15/11/2020).
Selain menggelar diklat Kristologi, KDK MUI Pusat juga memberikan bantuan pipanisasi air bersih kepada warga Talegong, Kabupaten Garut. Pipanisasi air ini dilakukan sebab warga kesulitan membuat sumur karena kondisi tanahnya yang bebatuan.
“Alhamdulillah dengan pipanisasi air bersih itu sebanyak 400 warga lebih bisa mendapatkan air bersih dengan baik, ini merupakan salah satu bentuk dakwah yang dilakukan MUI,” ujar KH Abu Dedat yang juga salah satu Ketua MUI Kota Bekasi itu.
Tak hanya itu, Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam MUI juga menggelar peluncuran buku “Prinsip dan Panduan Umum Seni Islami” di Jakarta pada Jumat (20/11/2020). Buku ini berisi prinsip dan panduan umum dalam seni sastra Islami, seni musik Islami, seni rupa Islami, film, dan teater Islami.
Tujuan pembuatan buku ini adalah untuk dijadikan panduan kepada setiap seniman agar tetap moderat. Buku ini juga merupana bukti bahwa MUI tidak kaku dan mengharamkan kesenian, namun MUI tetap menlestarikan seni dengan tidak membiarkan adanya liberalisasi didalamnya.
Menurut Ketua Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam MUI, KH Sodikun, seniman dan budayawan bisa mengadopsi atau menjadikan buku ini panduan dalam berekspresi membangun sebuah peradaban. “Kalau peradaban Indonesia dimuati dan dinafasi dengan nilai-nilai universal buku ini, maka Insya Allah akan memberikan keselamatan dan kebahagiaan,” kata dia.
Munas X MUI akan berlangsung di Hotel Sultan Jakarta, 25-27 November 2020. Munas digelar secara luring dan daring.
Peserta luring adalah pengurus MUI Pusat dan perwakilan daerah, sementara peserta daring adalah para pengurus daerah. Munas X MUI mengangkat tema “Meluruskan Arah Bangsa dengan Wasathiyatul Islam, Pancasila, dan UUD NRI 1945, secara Murni, dan Konsekuen.” Munas X MUI akan membahas sejumlah agenda penting antara lain fatwa, rekomendasi, dan pergantian kepengurusan dan puncak pimpinan. (Nurul/ Nashih)