Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis, menyampaikan bahwa pihaknya mendukung langkah Kementerian Agama untuk menyiapkan materi khutbah selama tidak diwajibkan dan dipastikan melibatkan banyak pihak.
“Saya mendukung langkah Kementerian Agama tersebut selama tidak diwajibkan. Kalau diwajibkan, saya yang pertama kali menentang, karena tidak ada aturan yang mewajibkan itu,” ujarnya, Kamis (22/10) di Depok, Jawa Barat.
Dia menjelaskan, pengadaan materi khutbah ini diperlukan karena memang dibutuhkan banyak pihak. Selain masalah kebaruan tema, beberapa khatib memang kesulitan menemukan referensi untuk dijadikan khutbah.
Kiai Cholil mencontohkan, dalam pengalamannya pribadi sebagai mubaligh, banyak yang mengakses websitenya untuk mencari materi khutbah. Konten di website Kiai Cholil, materi yang paling dicari adalah khutbah.
Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Depok ini menambahkan, kebutuhan masyarakat akan khutbah itu tercemin pada saat pandemi ini. Pada Idul Fitri dan Idul Adha, Komisi Dakwah MUI Pusat mengajak tujuh pengurus MUI untuk menyusun khutbah dan membukukannya.
Kumpulan khutbah tersebut ternyata direspon sangat baik oleh berbagai pihak. Bahkan para kepala keluarga yang saat itu berkhutbah di depan keluarganya juga ikut merasakan manfaatnya.
“Kami di MUI menyiapkan materi khutbah yang perlu diberikan kepada masyarakat, utamanya ketika kita harus mengarusutamakan Islam wasathiy dan memberikan hal-hal baru yang perlu diupdate,” katanya.
Bila memang itu tidak diwajibkan, lanjut Kiai Cholil, yang menjadi titik tekan adalah bagaimana mempersiapkan materinya sehingga berkualitas. Selain itu, dia menekankan agar penyusunan materi khutbah itu melibatkan berbagai kalangan, sehingga meminimalisir adanya pro kontra dan memperkaya unsur umat.
“Saya pikir positif saja, namun perlu melibatkan orang dari segala komponen umat Islam, sehingga dari situ memperkaya unsur dari umat Islam,” katanya.
Sebelumnya, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin menyampaikan, materi khubah yang akan disiapkan Kemenag ini sifatnya tidak wajib.
“Kita hanya ingin memfasilitasi, memperkaya materi khutbah di tempat ibadah kita, jadi nanti kita serahkan saja kepada masyarakat untuk memilih, kalau dipakai alhamdulillah dan kalau tidak dipakai tidak apa-apa,” ujarnya. (Azhar/Thobib)